BRUSSELS, SENINDi tengah waktu voting di parlemen yang sudah demikian dekat, pengadilan Uni Eropa menyatakan bahwa Inggris secara unilateral bisa mengabaikan proses formal pemisahan diri dari UE. Keputusan Pengadilan UE yang dinyatakan pada Senin (10/12/2018), di Brussels, disambut tanggapan beragam.
Alyn Sminth, anggota parlemen UE dari Skotlandia mengatakan, pesan dari keputusan pengadilan Eropa adalah jelas bahwa ada jalan keluar dari kerumitan yang sedang terjadi.
”Jika Inggris memilih untuk mengubah pendapat tentang Brexit, kemudian mencabut pasal 50, merupakan pilihan dan pihak UE harus melakukan upaya menyambut Inggris kembali dengan tangan terbuka,” kata Smith.
Putusan pengadilan Eropa dilakukan berdasarkan gugatan yang diajukan sejumlah penentang Brexit di Skotlandia, termasuk di antara penggugat adalah Alyn Smith. Para pemimpin UE sudah lama menegaskan bahwa mereka akan menyambut baik jika Inggris mengubah pendirian, tetapi banyak pejabat
UE dan ahli-ahli hukum yakin tetap diperlukan persetujuan anggota UE untuk membatalkan Brexit. Perdana Menteri Theresa May bergeming dengan putusan pengadilan. Pemimpin Inggris itu berupaya mendorong parlemen agar memberi dukungan terhadap kesepakatan yang sudah disetujui para pemimpin UE.
Hingga sehari menjelang voting, May terus berupaya meyakinkan parlemen agar menyetujui kesepakatan itu. Menurut rencana, voting di parlemen akan dilakukan Selasa ini.
Posisi May cukup berat karena tentangan datang dari oposisi, sementara partainya tidak solid mendukungnya dalam isu yang satu ini. Meski suara belum menentu, PM May tidak berencana menunda voting atau balik dari rencana keluar UE.
Menteri Lingkungan Michael Gove, yang selama ini membantu May, mengatakan, putusan pengadilan Eropa tidak mempunyai dampak. ”Kami tidak ingin tetap di dalam UE. Jadi kasus ini sangat baik, tetapi tidak mengubah voting referendum atau keinginan pemerintah, yang jelas bahwa kita ingin keluar pada 29 Maret,” kata Gove.
Risiko
Dia mengingatkan parlemen, jika tidak menyetujui kesepakatan akan mengakibatkan risiko tidak terjadinya Brexit atau menghadapi situasi yang sangat tidak nyaman dengan tanpa adanya kesepakatan.
PM May, Senin, bertemu dengan Presiden UE Donald Tusk dan PM Irlandia Leo Varadkar guna membahas upaya pemenangan kesepakatan Brexit. Jika parlemen memenangi kesepakatan Brexit, proses keluarnya Inggris dari kelompok UE akan diproses.
Jika suara parlemen menyatakan tak setuju, posisi PM May terancam, baik dari Partai Konservatif maupun lawannya, Partai Buruh. Bahkan, lebih jauh lagi bisa mengundang pemilu baru sampai referendum baru. (AFP/AP/REUTERS/RET)