BRUSSELS, KAMISPerdana Menteri Inggris Theresa May mencari bantuan ke Uni Eropa untuk menyelamatkan kesepakatan Brexit yang akan divoting oleh parlemen Inggris sebelum 21 Januari 2019.
May kembali ke Brussels untuk menghadiri KTT Uni Eropa (UE), Kamis dan Jumat (13-14/12/2018). Selasa lalu, May juga menemui para pemimpin di Belanda, Jerman, dan Brussels untuk meminta dukungan.
Perjalanan May ke Brussels dilakukan setelah ia lolos dari proses mosi tidak percaya oleh kubu Konservatif di parlemen yang menginginkan ia lengser dari ketua partai. May lolos dengan perolehan suara 200-117. Meski demikian, May berjanji dia tidak akan mengikuti pemilu 2022.
Menurut May, ia mendengarkan suara para penentang di partainya yang tidak sepakat dengan isu backstop Irlandia Utara. Perjalanannya ke Brussels adalah untuk mencari jaminan dari UE bahwa backstop tidak berlaku untuk selamanya.
May akan menjabarkan persoalannya di hadapan 27 pemimpin Eropa. Setelah tanya jawab, May akan meninggalkan ruangan dan 27 pemimpin UE akan merumuskan apa yang bisa diberikan kepada May.
Sejumlah sumber di UE menyatakan, Inggris menginginkan backstop dihentikan setelah tiga tahun. Namun, dalam kesepakatan Brexit disebutkan, backstop berlangsung ”tak terbatas” selama belum ditemukan formula yang tepat untuk mengelola perbatasan Irlandia Utara dan Republik Irlandia.
Backstop intinya merupakan komitmen Inggris dan UE untuk menghindari hard border di perbatasan Irlandia Utara sehingga pergerakan warga dan barang dari Irlandia Utara ke Irlandia dan sebaliknya tetap terjaga, terlepas apakah Brexit berakhir dengan kesepakatan atau tidak. Selama formula belum ditemukan, pergerakan barang dan orang di Irlandia Utara masuk dalam aturan bea cukai Eropa. Hal inilah yang ditentang oleh pro Brexit di parlemen.
Menurut Reuters, yang memiliki bocoran draf pernyataan UE tentang Brexit, UE siap meneliti apakah bisa memberikan tambahan jaminan kepada Inggris terkait backstop selama ”tidak mengubah atau bertentangan dengan kesepakatan”. UE sudah menegaskan tak akan menegosiasikan lagi kesepakatan Brexit.
Bahkan, Jerman sudah menegaskan tidak akan bersedia menegosiasikan solusi backstop bagi Irlandia Utara. Menurut Jerman, apa yang tertulis dalam kesepakatan Brexit bukanlah untuk dijadikan bahan diskusi, melainkan untuk dijadikan landasan pengambilan keputusan.
Dengan jumlah pembangkang yang lebih dari seratus orang di tubuh Konservatif, May akan kesulitan meloloskan kesepakatan Brexit di parlemen. Jika kesepakatan Brexit ditolak, opsi yang tertinggal adalah Brexit tanpa kesepakatan atau menggelar kembali referendum.