KAIRO, KOMPAS - Perundingan damai Yaman dengan sponsor Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berlangsung selama delapan hari, sejak Kamis (6/12/2018) hingga Kamis (13/12), di Stockholm, Swedia, dapat membuat terobosan besar dengan mencapai beberapa kesepakatan politik penting.
Ada tiga kesepakatan penting yang dicapai. Pertama, kelompok Houthi bersedia menyerahkan kota Hodeidah dan pelabuhannya kepada PBB. Terdapat tiga pelabuhan di Hodeidah, yaitu pelabuhan utama Hodeidah, pelabuhan Salif, dan pelabuhan Ras Isa. Sesuai kesepakatan itu, milisi Al Houthi akan mundur ke arah timur hingga kilometer 21 di jalan raya Hodeidah-Sana’a.
Kedua, tukar-menukar tahanan. Kedua belah pihak, kelompok Houthi dan Pemerintah Yaman, telah menyerahkan daftar tahanan dan orang hilang masing-masing sekitar 16.000 orang.
Ketiga, pencabutan blokade atas kota Taiz oleh milisi Houthi, dan membuka akses secara bebas bantuan kemanusiaan ke kota Taiz yang dikepung Houthi sejak akhir 2015.
Namun, masih ada beberapa isu yang belum disepakati dalam forum perundingan itu, di antaranya pengelolaan bandar udara Sana’a, bank sentral, dan isu ekonomi. Isu-isu yang belum disepakati itu akan dibahas dalam forum perundingan tahap kedua pada akhir Januari atau awal Februari 2019 di tempat yang akan ditentukan kemudian.
Perundingan damai di Swedia merupakan perundingan pertama sejak invasi koalisi pimpinan Arab Saudi ke Yaman pada Maret 2015, yang mencapai kesepakatan penting. Perundingan damai Yaman terakhir digelar di Kuwait pada 2016, tetapi gagal mencapai kesepakatan.
Apresiasi
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang turut hadir dalam forum perundingan Yaman di Swedia menelepon Presiden Yaman Abd Rabbu Mansour Hadi dan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), menyampaikan ucapan terima kasih atas andil positif mereka sehingga tercapai kesepakatan penting di Swedia.
Utusan khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, menyerukan agar Houthi dan pasukan Pemerintah Yaman mundur dari kota Hodeidah dan sekitarnya dalam beberapa hari ini sesuai kesepakatan.
Kesediaan kelompok Al Houthi mundur dari kota Hodeidah dan pelabuhannya terjadi karena tekanan pasukan Pemerintah Yaman yang dibantu Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Sejak 3 Juni lalu, pasukan pemerintah melancarkan serangan masif dari darat, udara, dan laut untuk merebut pelabuhan Hodeidah.
Kelompok Al Houthi dan Pemerintah Yaman sama-sama menganggap penting dan strategis pelabuhan Hodeidah karena menjadi akses utama aktivitas ekspor-impor ke dan dari Yaman. Pelabuhan Hodeidah juga menjadi akses satu-satunya bantuan kemanusiaan dari mancanegara. Arab Saudi sering menuduh Iran menyelundupkan senjata untuk Houthi melalui pelabuhan Hodeidah. Iran dan Houthi membantah keras tuduhan tersebut.
Kesepakatan Swedia tersebut diharapkan segera mengakhiri perang terburuk di Yaman yang berkecamuk sejak invasi koalisi Arab pimpinan Arab Saudi menumpas kelompok Houthi yang pro Iran. Dalam konflik itu, Arab Saudi tidak hanya gagal menumpas kelompok Al Houthi, tetapi juga membawa bencana kemanusiaan luar biasa di negara miskin dengan pendapatan per kapita hanya 449 dollar AS itu. Menurut laporan lembaga kemanusiaan untuk penyelamatan anak, diperkirakan 85.000 anak balita di Yaman meninggal karena kelaparan.