BEIJING, MINGGU - Meskipun kekhawatiran yang melanda pelaku pasar masih menggelayut dan penangkapan eksekutif Huawei, China, Meng Wanzhou, berpotensi memicu krisis baru, akhir pekan lalu muncul harapan perang dagang Amerika Serikat-China dapat diselesaikan tanpa kerusakan bagi ekonomi global. Washington yang tidak ingin mencampuradukkan masalah Meng dengan negosiasi AS-China dinilai positif investor global.
Dunia, yang sedang menyaksikan pembicaraan antara Washington dan Beijing, berharap ”gencatan senjata” 90 hari akan berlaku dan para pihak mengakhiri perselisihan. Tidak adanya ancaman baru dari Presiden AS Donald Trump telah menyemangati para investor global.
Ini menjadi sinyal bagus di tengah anjloknya saham di Wall Street. ”Yang jelas, Presiden Trump dan pihak China mencoba memisahkan masalah,” kata Edward Alden, ahli perdagangan di Dewan Hubungan Luar Negeri.
Beijing, Jumat (14/12/2018), mengumumkan, mulai 1 Januari 2019 akan menangguhkan tarif tambahan atas produk otomotif AS. Dengan demikian tarif impor produk otomotif AS itu akan dipotong menjadi 15 persen dari 40 persen.
Lebih lanjut hasil negosiasi kedua negara, pekan lalu, menghasilkan laporan, China akan memulai kembali pembelian kedelai dari AS sekaligus mengurangi aturan investasi bagi perusahaan AS.
”China ingin membuat kesepakatan besar dan sangat komprehensif. Itu bisa terjadi, dan agak cepat jalannya!” demikian unggahan pernyataan Trump, Jumat. Trump tampak girang dengan keputusan Beijing perihal tarif otomotif itu.
Pakta perdagangan
Para ahli dan pengamat perdagangan setuju bahwa kerangka waktu tidak akan memungkinkan pakta perdagangan komprehensif tercipta antara AS dan China. Sebaliknya, mereka berharap ada kesepakatan yang dapat memutar kembali persoalan tarif. Dengan demikian proses negosiasi akan berlanjut terhadap kebijakan China yang telah lama menjadi batu sandungan AS.
”Yang jadi masalah mendasar adalah AS dan China tidak saling mempercayai satu sama lain,” kata Alden. ”Harapan terbaik adalah sebagian kesepakatan yang membahas beberapa kekhawatiran AS dan negosiasi dilanjutkan, dan kemajuannya dimonitor secara ketat.” (AFP/REUTERS/BEN)