Pemerintah India Tutup Sebagian Kashmir
SRINAGAR, SENIN — Pemerintah India menutup sebagian wilayah Kashmir pada Senin (17/12/2018) bersamaan dengan tindakan polisi menembakkan gas air mata kepada para demonstran yang menentang diberlakukannya jam malam dan memprotes insiden penembakan tujuh warga sipil.
Para pemimpin separatis mendesak masyarakat untuk berdemonstrasi di markas militer India di Kashmir setelah tujuh warga sipil tewas dan 40-an warga sipil lainnya cedera pada Sabtu (15/12/2018). Insiden itu terjadi saat aparat keamanan melepaskan tembakan ke arah kumpulan pengunjuk rasa yang memprotes tewasnya tiga anggota kelompok militan.
Para pemimpin separatis, seperti Mohammad Yasin Malik dan Mirwaiz Umar Farooq, mengungkapkan bahwa mereka ditahan saat menggelar pawai menuju markas militer di Srinagar. Polisi mengatakan, pemimpin separatis lainnya, Syed Ali Shah Geelani, menjalani tahanan rumah.
Menurut polisi dan warga setempat, sebelumnya tiga pemberontak dan seorang tentara tewas. Muneer Ahmed Khan, perwira polisi India, mengatakan bahwa pasukan India mengepung sebuah desa di daerah selatan Pulwama karena mendengar kabar bahwa kelompok pemberontak bersembunyi di sana.
Ketika tentara memulai operasi pencarian, gerilyawan melompat keluar dari sebuah rumah warga sipil dan mengambil posisi di sebuah kebun apel sambil menembaki tentara dan polisi kontra pemberontak. Tiga pemberontak dan seorang tentara tewas dalam baku tembak tersebut, satu tentara terluka.
Insiden baku tembak itu memicu protes. Ratusan orang meneriakkan slogan-slogan pro militan dan menyerukan diakhirinya kekuasaan India atas Kashmir di wilayah Himalaya. Para pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah pasukan India untuk membantu kelompok pemberontak melarikan diri, sementara pasukan pemerintah menembakkan peluru senapan dan gas air mata untuk menghentikan mereka. Insiden itu menewaskan tujuh warga sipil dan melukai sedikitnya 40 warga sipil lainnya, sembilan orang di antaranya dalam kondisi kritis.
Insiden penembakan pada Sabtu lalu telah memicu kemarahan baru di seluruh wilayah Kashmir. Ini merupakan insiden terparah sejak 2009.
Khan mengatakan, banyak orang datang dari berbagai arah dan menyerang pasukan keamanan yang diterjunkan ke wilayah itu. Polisi dalam pernyataannya, Sabtu lalu, menyesalkan insiden tewasnya tujuh warga sipil tersebut karena para demonstran justru datang ke lokasi tembak-menembak antara pasukan India dan kelompok pemberontak. Warga menuding pasukan India memberondong tembakan langsung ke kerumunan massa demonstran.
Pihak berwenang tidak mau mengambil risiko. Demonstrasi dan protes kerap terjadi di wilayah Kashmir. Mereka memasang barikade jalan ke pangkalan militer dengan kawat berduri dan menempatkan kendaraan lapis baja.
Jam malam juga diberlakukan di beberapa bagian kota Srinagar, kota utama di Kashmir yang berpenduduk mayoritas Muslim. Upaya ini dilakukan untuk mencegah kerusuhan. Layanan internet pun dimatikan di beberapa daerah. Layanan kereta juga dihentikan untuk mencegah para pemrotes berkumpul dalam jumlah besar.
”Pembatasan diberlakukan di beberapa wilayah kota dan di Pulwama,” kata Inspektur Jenderal Swayam Prakash Pani, merujuk pada Srinagar dan distrik selatan lokasi insiden pada Sabtu lalu.
Tokoh separatis ditahan
Senin kemarin, polisi India juga menahan para pemimpin separatis di wilayah Kashmir. Kepala Front Pembebasan Jammu Kashmir, yakni Mohammad Yasin Malik, dan pemimpin separatis lainnya, Mirwaiz Umar Farooq, mengatakan bahwa mereka ditahan ketika berdemonstrasi menuju markas tentara India di Srinagar. Sementara menurut polisi, pemimpin lainnya, Syed Ali Shah Geelani, berada di bawah tahanan rumah.
”Pasukan India telah membunuh warga Kashmir,” kata Malik kepada wartawan ketika polisi membawa dia pergi dengan kendaraan putih. ”Selama beberapa tahun terakhir mereka melakukan pembunuhan massal,” lanjutnya.
Seorang pejabat polisi senior, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan bahwa Malik dan Farooq akan dibebaskan ”begitu situasinya stabil”.
Pusat pertokoan dan perbelanjaan serta sekolahan di seluruh wilayah Kashmir ditutup selama tiga hari berturut-turut sehingga ujian akhir sekolah terpaksa ditunda. Sebanyak 500.000 tentara India dikerahkan di wilayah Kashmir. Mereka mendesak warga untuk mengabaikan seruan mengikuti aksi demonstrasi tersebut. Mereka juga menuding Pakistan telah memicu kerusuhan.
”Tentara India sangat mengecam seruan berdemonstrasi oleh Pakistan ini dan menyarankan warga untuk tidak menjadi mangsa pasukan anti-nasional,” kata seorang juru bicara militer dalam pernyataan yang dikeluarkan, Minggu malam.
India telah lama menuduh Pakistan mendanai dan mempersenjatai pemberontak yang bertempur di Kashmir. Pakistan membantah tuduhan itu dengan mengatakan bahwa mereka hanya memberikan dukungan politik dan diplomatik kepada Kashmir yang berjuang menentukan nasib sendiri.
Insiden penembakan pada Sabtu lalu telah memicu kemarahan baru di seluruh wilayah Kashmir. Ini merupakan insiden terparah sejak 2009 dan penentangan publik terhadap kekuasaan India makin meningkat.
Dukungan rakyat bagi pemberontak yang berjuang untuk kemerdekaan atau bergabung dengan Pakistan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Penduduk desa yang jumlahnya ribuan sering mengerumuni lokasi pertempuran senjata pasukan pemerintah untuk membantu para pemberontak.
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengecam kekerasan hari Sabtu lalu dan mengatakan bahwa Pakistan akan mengangkat masalah ini di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Wilayah Kashmir telah terbagi antara India dan Pakistan sejak keduanya memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1947. Lebih dari 70.000 orang, kebanyakan warga sipil, telah tewas sejak pemberontakan melawan Pemerintahan India dimulai pada 1989.
(AFP/REUTERS/AP)