NEW YORK, RABU - Bekerja sebagai wartawan kini semakin berisiko. Taruhannya adalah nyawa. Menurut laporan Komite Perlindungan Wartawan (The Committee to Protect Journalists), sepanjang tahun ini, jumlah wartawan yang tewas di seluruh dunia meningkat hampir dua kali lipat.
Hingga 14 Desember 2018, organisasi yang berbasis di New York, Amerika Serikat, itu mencatat, ada 34 wartawan tewas karena terkait pekerjaan mereka dari keseluruhan 53 wartawan yang meninggal. Sebelumnya, sepanjang 2017, tercatat 18 pembunuhan atas wartawan dari 47 kematian yang didokumentasikan oleh Komite Perlindungan Wartawan.
Laporan yang dipublikasikan pada Rabu (19/12/2018) itu juga memasukkan kasus pembunuhan kolumnis The Washington Post, Jamal Khashoggi. Pembunuhan Khashoggi terjadi pada 2 Oktober 2018 di dalam gedung Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki. Kasus itu memicu polemik dan dugaan keterlibatan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman.
Presiden AS Donald Trump, yang memiliki relasi dekat dengan Arab Saudi, memilih mendukung Pangeran Bin Salman meskipun di sisi lain ia mengecam kekerasan terhadap Khashoggi. Namun, Komite Perlindungan Wartawan mencatat, Trump justru menyebut wartawan sebagai ”musuh rakyat”.
Serangan
Negara paling berbahaya bagi wartawan pada tahun ini adalah Afghanistan, di mana 13 wartawan tewas. Beberapa wartawan tewas karena serangan bom bunuh diri. Serangan itu diklaim dilakukan oleh kelompok militan.
Tahun 2018 ini, di Slovakia, reporter investigasi berusia 27 tahun, Jan Kuciak, ditembak mati saat menyelidiki dugaan korupsi. Di Malta, Daphne Caruana Galizia yang melakukan misi yang sama dengan Jan Kuciak juga terbunuh oleh bom yang ditaruh di mobilnya. Sebanyak empat wartawan juga terbunuh di Meksiko, dua di Brasil, dan dua wartawan Palestina ditembak dan dibunuh oleh tentara Israel selama protes di Jalur Gaza.
Namun, serangan tunggal paling mematikan terhadap media justru terjadi di AS, pada 28 Juni 2018, saat seorang pria bersenjata melepaskan tembakan di ruang berita Capital Gazette, di Annapolis, Maryland. Serangan itu menyebabkan empat wartawan dan seorang pekerja di bagian penjualan tewas. Pria itu menyerang kantor redaksi koran itu setelah kalah dalam gugatan pencemaran nama baik.
Selain itu, Komite Perlindungan Wartawan mengatakan bahwa jumlah wartawan yang mendekam dalam penjara juga meningkat. Komite Perlindungan Wartawan mengatakan, masalah yang dihadapi wartawan bervariasi dan kompleks.
Sementara itu, di sisi lain, kemajuan teknologi telah memungkinkan lebih banyak orang mempraktikkan kerja jurnalistik. Hal itu membuat wartawan kian terpinggirkan dan makin dekat dengan kelompok politik dan kriminal yang membutuhkan media untuk menyebarkan pesan mereka.
Majalah Time, pekan lalu, memberikan penghargaan ”Person of the Year” kepada para wartawan yang tewas dibunuh dan dipenjara, termasuk kepada Khashoggi, Maria Ressa yang dipenjara di Filipina, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo yang dipenjara di Myanmar, dan para staf Capital Gazette.
Di Suriah dan Yaman, yang masih dihantui peperangan, jumlah wartawan yang tewas sejak 2011 justru paling sedikit jumlahnya. Tiga wartawan meninggal di Yaman dan di Suriah. (AP/LOK)