Di Minggu terakhir (30/12/2018), di pengujung tahun, Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim salam Tahun Baru untuk para pemimpin dunia, termasuk Perdana Menteri Inggris Theresa May, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, dan Presiden China Xi Jinping. Tak lupa, Putin pun mengirim pesan yang sama untuk mitranya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Sebagai bagian dari tata krama pergaulan internasional, hal itu adalah wajar bagi para kepala negara. Yang menarik dan menjadi perhatian Reuters adalah dalam surat kepada Trump, Putin menyelipkan pesan bahwa Moskwa siap berdialog dengan agenda yang luas ”menyangkut apa saja”.
Menegaskan itu, Kremlin mengatakan, bagi Vladimir Putin, hubungan Rusia-AS adalah faktor paling penting dalam isu stabilitas strategis dan keamanan internasional. Salah satu isu utama yang ingin dibicarakan Moskwa adalah rencana Washington yang ingin menarik diri dari pakta senjata nuklir era Perang Dingin.
Tawaran itu menjadi langkah positif karena sebelumnya, November lalu, Putin dan Trump gagal menggelar pertemuan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Buenos Aires, Argentina.
Sebabnya adalah penjaga pantai Rusia menembaki kapal-kapal Angkatan Laut Ukraina di Selat Kerch yang menghubungkan Laut Hitam dan Laut Azov. Ketegangan itu menambah hangat suhu politik dunia yang sebelumnya telah dinaikkan oleh perang dagang, khususnya oleh AS-China.
Kembali pada relasi Moskwa-Washington, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, itu terserah pada AS. Yang jelas, tegas Lavrov, sebagaimana dikutip kantor berita Rusia, TASS, Putin siap menggelar pertemuan tingkat tinggi dengan Trump pada 2019.
Sika positif Putin juga ditunjukkan pada Inggris. Sebagaimana kepada Trump, dalam pesannya kepada PM May, Presiden Putin juga menyelipkan pesan dan harapan ”kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat Inggris”.
Jumat pekan lalu, Kedutaan Rusia di London mengatakan, Moskwa dan London telah setuju menempatkan kembali beberapa diplomat pada kedutaan masing-masing. Sebelumnya, menyusul kasus peracunan mantan agen ganda Sergei Skripal dan putrinya, Julia Skripal di Salisbury, Inggris, Maret lalu, Rusia dan Inggris terlibat konflik diplomatik.
Inggris mengusir 23 diplomat Rusia atas tuduhan bahwa Kremlin berada di belakang serangan itu. Sebagai balasan, Rusia juga mengusir diplomat Inggris. Melihat itu, layakkah dunia membangun harapan baru?
Ada catatan penting. Meskipun tawaran dialog yang diajukan Putin dapat dilihat sebagai upaya meredakan sikap unilateral AS, Putin tak lepas dari kritik yang sama. Dunia masih memiliki catatan tentang aneksasi Rusia atas Krimea.
Tokoh India, Mahatma Gandhi, pernah mengatakan, manusia adalah hasil dari apa yang ia pikirkan. Merujuk itu, kecenderungan untuk berpikir negatif tentu akan menempatkan manusia pada situasi yang cenderung negatif. Demikian pula sebaliknya.
Pertengahan tahun ini, dunia juga disuguhi situasi yang tidak jauh berbeda saat menyikapi pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Singapura. Banyak pihak sangsi, pertemuan itu akan menghasilkan langkah signifikan.
Namun, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in yang sejak awal mendorong pertemuan tingkat tinggi itu berlangsung tetap optimistis. Setidaknya, hingga saat ini, relasi Trump dan Kim tetap hangat, jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu yang diwarnai saling olok.
Demikian juga relasi Korsel dan Korut kembali mencair, ditandai dengan perbaikan rel kereta api di perbatasan kedua negara.
Berkaca pada hal itu, dialog antara Trump dan Putin bukanlah sesuatu yang mustahil. Dunia tetap perlu optimistis menyambut tahun yang baru....