HANOI, SENIN - Delegasi Amerika Serikat dan Korea Utara intensif berunding di Vietnam. Mereka membahas pertemuan lanjutan antara Donald Trump dan Kim Jong Un.
Pertemuan Presiden AS dan pemimpin Korea Utara itu direncanakan berlangsung pada 2019. Lokasi dan waktu pasti pertemuan belum kunjung ditetapkan. Diplomat yang menolak namanya disebut mengungkap kepada media Korea Selatan, Munhwa Ilbo, ada perundingan intensif soal pertemuan itu. Dalam berita pada edisi Senin (7/1/2019), disebutkan Hanoi menjadi lokasi beberapa perundingan kedua delegasi.
Kim-Trump bertemu di Singapura pada Juni 2018. Dalam pertemuan itu, mereka sepakat soal denuklirisasi Semenanjung Korea. Akan tetapi, nyaris tidak ada kemajuan setelah pertemuan itu. Bahkan, Washington dan Pyongyang saling kecam selama berbulan-bulan. Mereka saling menuding pihak lain tidak punya itikad baik.
Meski baku kecam tidak surut, para diplomat kedua negara terus bertemu. Hanoi menjadi lokasi perundingan mereka. Hanoi punya hubungan diplomatik dengan Washington dan Pyongyang. AS dan Korea Utara punya perwakilan diplomatik di Hanoi. Selain itu, Vietnam juga merupakan gambaran kesuksesan reformasi ekonomi di negara komunis.
Pemilihan Hanoi sebagai lokasi perundingan delegasi membuat spekulasi merebak soal tempat pertemuan lanjutan Kim-Trump. Hanoi diduga menjadi lokasi pertemuan lanjutan itu. Sejak rencana pertemuan pertama merebak, Hanoi sudah disebut akan dipilih. Belakangan, akhirnya pertemuan bersejarah itu dihelat di pulau pesisir selatan Singapura.
Bersemangat
Kim dan Trump sama-sama bersemangat bersua lagi. Dalam pidato tahun baru yang disiarkan secara nasional, Kim menyatakan siap bertemu Trump dan mencapai hasil yang diterima internasional. Akan tetapi, ia mengingatkan siap mengambil lain jika sanksi dan tekanan AS pada negaranya berlanjut.
Sementara Trump meyakini akan segera bertemu Kim. Lokasi pertemuan itu sedang dirundingkan. ”Akan diumumkan dalam waktu dekat. Mereka sangat mau bertemu dan kita lihat apa yang akan terjadi,” ujarnya.
Di sisi lain, ia menegaskan sanksi terhadap Korut akan terus berlangsung sampai ada kemajuan. Terakhir, AS memasukkan tiga pejabat Korut dalam daftar sanksi. Pyongyang mengecam tindakan itu dan menyatakan hal itu dapat menghambat upaya denuklirisasi Semenanjung Korea.
Washington berkeras Pyongyang harus mengungkap jumlah persenjataan dan fasilitasnya secara rinci dan diawasi. Sebaliknya, Pyongyang berkeras sanksi internasional dicabut dulu sebelum pengawasan itu. Pyongyang kukuh persenjataan nuklirnya dibutuhkan untuk mencegah potensi serbuan oleh AS. Korut menghabiskan banyak sumber daya untuk nuklir.(AP/REUTERS/RAZ)