KAIRO, KOMPAS Menlu Amerika Serikat Mike Pompeo, Kamis (10/1/2019), di Kairo, mengadakan pembicaraan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, membahas hubungan AS-Mesir dan perkembangan Timur Tengah, khususnya isu Palestina dan penarikan mundur pasukan AS dari Suriah.
”AS telah membantu Mesir dalam melindungi kebebasan melaksanakan ibadah bagi semua pemeluk agama dan perang melawan teroris yang membahayakan para mitra AS di Timur Tengah,” ujar Pompeo seusai bertemu Sisi.
Menurut jubir kepresidenan Mesir, Bassam Rady, pertemuan Sisi dan Pompeo menunjukkan kuatnya kemitraan strategis AS-Mesir serta berlanjutnya koordinasi dan konsultasi kedua negara terkait isu politik dan keamanan di kawasan Timteng. Dijadwalkan, Pompeo menyampaikan pidato dari Universitas Amerika di Kairo tentang kebijakan AS di Timteng.
Dalam temu pers dengan Pompeo, Menlu Mesir Sameh Shoukry menegaskan, hubungan strategis AS-Mesir yang berlangsung beberapa dekade telah membantu menciptakan stabilitas di Mesir dan Timteng. ”Kami telah berbicara dengan Pompeo banyak isu, seperti isu Libya, Yaman, Suriah, Palestina, dan teroris internasional,” ujar Shoukry.
Ia berharap bantuan AS ke Mesir terus berlanjut untuk menjaga keamanan nasional Mesir dan AS.
Seperti diketahui, sejak tercapainya kesepakatan damai Mesir-Israel di Camp David pada 1979, Mesir merupakan negara penerima bantuan terbesar kedua dari AS setelah Israel, yakni senilai 2,1 miliar dollar AS per tahun. Beberapa tahun terakhir ini, bantuan AS ke Mesir menurun dari 2,1 miliar dollar AS menjadi sekitar 1,3 miliar dollar AS.
Pompeo juga mengakui pentingnya hubungan strategis AS-Mesir saat ini. Ia menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Sisi atas perannya dalam perang melawan teroris dan radikalisasi. Ia berharap peran Mesir membantu misi PBB di Libya dan membendung pengaruh Iran di kawasan.
Pompeo tiba di Kairo, dari Baghdad, Rabu malam. Mesir, persinggahan ketiga dalam lawatannya ke Timteng setelah Jordania dan Irak. Pompeo lalu akan mengunjungi Bahrain, Uni Emirat Arab, Qatar, Oman, Arab Saudi, dan Kuwait. Lawatannya mengusung 3 agenda: komitmen AS untuk memerangi milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), membendung pengaruh Iran-koalisinya, serta berkomitmen melindungi kepentingan para mitra AS di kawasan itu.
Mesir dikenal sebagai mitra strategis AS dalam isu-isu besar di Timteng, seperti isu perdamaian Palestina-Israel dan perang melawan teroris sejak era Al Qaeda hingga NIIS. Dalam lima tahun terakhir, Mesir terlibat perang sengit melawan NIIS sayap Mesir, Wilayah Sinai, di Semenanjung Sinai Utara. AS akhir-akhir ini melihat posisi Mesir makin penting. Washington cemas atas fenomena menguatnya pengaruh poros Rusia, Turki, dan Iran di Suriah melalui forum Astana yang dibentuk atas inisiatif Moskwa, Januari 2017.