ADEN, MINGGU - Masa depan proses perdamaian Yaman semakin tidak jelas. Hal itu menyusul serangan bom oleh pemberontak Houthi. Mereka juga menolak bertemu tim pengawas gencatan senjata.
Pertemuan antara perwakilan Pemerintah Yaman, Houthi, dan tim pengawas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sedianya digelar pada hari Minggu (13/1/2019) di Hodeidah.
Para pihak dijadwalkan membahas perkembangan gencatan senjata dan penarikan milisi Houthi dari Pelabuhan Hodeidah.
Namun, perwakilan Houthi tidak hadir. Mereka beralasan Patrick Cammaert, pensiunan jenderal dari Belanda yang menjadi pimpinan tim pengawas, punya agenda lain. Perunding Houthi, Mohammed Abdelsalam, menyebut Cammaert membawa kesepakatan ke arah lain.
”Jika (Utusan Khusus PBB untuk Yaman Martin Griffiths) Griffiths tidak mengatasi masalah ini, sulit untuk membahas masalah lain,” ujarnya.
Penolakan itu terjadi sehari setelah baku tembak kembali terjadi di Hodeidah. Padahal, pada Desember 2018, di Swedia, delegasi Houthi dan Pemerintah Yaman menyepakati gencatan di Hodeidah. Houthi juga setuju mengurangi milisi dari kota pelabuhan yang menjadi pintu masuk bagi 80 persen impor Yaman itu.
Cammaert memimpin delegasi pengawas yang ditugaskan Dewan Keamanan PBB. Dewan Keamanan PBB memutuskan harus ada pengawas pada proses perdamaian Yaman setelah ada kesepakatan di Swedia.
Perundingan di Swedia dilakukan setelah Amerika Serikat dan sejumlah sekutu Arab Saudi menekan Riyadh. Koalisi pimpinan Riyadh sudah berbulan-bulan mengebom Hodeidah dari udara dan darat. Akan tetapi, serangan itu belum bisa menggoyahkan kendali Houthi atas Hodeidah.
PBB berkepentingan dengan Hodeidah karena pelabuhan itu merupakan akses utama untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Yaman. Sebelum perang sekalipun, Yaman menggantungkan pasokan impor untuk kebutuhan akan pangan. Kebutuhan itu semakin mendesak selama perang.
Pejabat intelijen tewas
Peluang perdamaian Yaman juga semakin tidak jelas setelah Brigadir Jenderal Saleh Tamah dipastikan tewas, Minggu (13/1). Pejabat intelijen itu merupakan salah satu korban luka dalam serangan bom pada Kamis (10/1) di Pangkalan Udara Al-Anad, Lahaj. Tamah menjadi korban tewas ketujuh akibat serangan itu. Pada hari kejadian, enam korban dilaporkan tewas.
Paramedis sudah melakukan serangkaian operasi terhadap Tamah. Akan tetapi, aneka upaya itu gagal menyelamatkan Tamah. Selain Tamah, korban luka dalam insiden itu adalah Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Yaman Saleh al-Zandani dan Gubernur Lahaj Ahmad Abdullah al-Turki. Mereka tengah dirawat di Arab Saudi. (AFP/RAZ)