Bocoran Proposal Damai ala Trump di Media Israel, Jerusalem Timur Dibelah Dua
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN (DARI KAIRO, MESIR)
·3 menit baca
KAIRO, KOMPAS -- Garis besar proposal damai Amerika Serikat (AS), yang terkenal dengan sebutan "Transaksi Abad Ini" mulai bocor ke media. Stasiun televisi Israel, Saluran 13, Rabu (16/1/2019) malam, mengungkapkan bahwa proposal damai yang digalang pemerintah Presiden AS Donald Trump mencanangkan berdirinya negara Palestina di atas 90 persen wilayah Tepi Barat dengan ibu kota Jerusalem Timur.
Adapun kompleks kota lama yang terdapat Masjid Al Aqsa akan berada di bawah kedaulatan Israel, namun secara administratif akan dikontrol bersama Jordania dan Palestina.
Kota Jerusalem Timur akan dibagi dua. Distrik di Jerusalem Timur yang berpenduduk mayoritas Yahudi akan berada di bawah kedaulatan Israel dan disatukan dengan Jerusalem Barat untuk menjadi ibu kota Israel. Distrik di Jerusalem Timur yang berpenduduk mayoritas Arab berada di bawah kedaulatan Palestina dan akan menjadi ibu kota Palestina.
Bagi Palestina, Jerusalem Timur merupakan wilayah yang ingin dijadikan sebagai ibu kota bagi negara yang sedang mereka perjuangkan. AS pada Desember 2017 untuk pertama kali mengumumkan pengakuan Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Langkah itu disusul dengan pemindahan Kedutaan Besar AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Jerusalem, Mei 2018.
Proposal damai Presiden Trump tersebut tidak menyebut status Jalur Gaza yang kini dikontrol Hamas dan nasib pengungsi Palestina.
Nasib permukiman Yahudi di Tepi Barat akan dibagi tiga. Permukiman Yahudi besar akan berada di bawah kedaulatan Israel. Permukiman Yahudi kecil akan dilarang diperluas lagi dan akan berada di bawah kedaulatan Israel. Adapun permukiman Yahudi liar akan dibongkar dan tanahnya akan berada di bawah kedaulatan Palestina.
Palestina akan mendapat kompensasi tanah dari tanah permukiman Yahudi besar dan kecil di Tepi Barat yang akan berada di bawah kedaulatan Israel dalam bentuk transaksi barter tanah. Sebagian besar tanah kompensasi yang akan diperoleh Palestina, terdapat di Gurun Negev, Israel selatan.
Gaza-isu pengungsi tak disebut
Proposal damai Presiden Trump tersebut tidak menyebut status Jalur Gaza yang kini dikontrol Hamas dan nasib pengungsi Palestina. Isu pengungsi Palestina selama ini selalu menjadi perbedaan pendapat Israel dan Palestina.
Pihak Palestina selalu menuntut kembalinya pengungsi Palestina ke kampung halaman mereka sesuai dengan resolusi PBB nomor 194. Adapun Israel selalu menolak keras menerapkan resolusi PBB tersebut dengan dalih bahwa sebagian besar warga Palestina yang mengungsi tahun 1948 itu sudah meninggal dunia.
Israel sering menyampaikan, mereka hanya bersedia menerima pengungsi Palestina tahun 1948 yang masih hidup saja, dan usia mereka sekarang antara 60 dan 70 tahun. Jumlah pengungsi yang dimaksud Israel itu hanya ratusan atau ribuan orang.
Dubes Israel untuk PBB Danny Danon mengatakan, proposal damai Presiden Trump hendaknya tidak bocor ke media sebelum pemilu dini Israel, 9 April nanti.
Jubir Kepresidenan Palestina, Nabil Abu Rudeinah, menegaskan, proposal damai yang tidak melahirkan negara Palestina dengan ibu kota Jerusalem Timur akan gagal. Ia menyebut, terus mengalirnya bocoran dan gosip tentang "Transaksi Abad Ini" hanya akan membawa kegagalan dan jalan buntu.
Menurut dia, syarat terwujudnya perdamaian adil dan abadi adalah harus berdasarkan resolusi PBB dan solusi dua negara dengan berdirinya negara Palestina beribu kota Jerusalem Timur. Rudeinah menambahkan, jalan menuju perdamaian Timur Tengah sudah jelas, yaitu harus melalui jalan kembalinya hak-hak rakyat Palestina.
Adapun Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Jason Greenblatt, menegaskan, bocoran proposal damai Presiden Trump yang disampaikan televisi Saluran 13 Israel tidak sepenuhnya benar. Ia meminta publik hanya mempercayai tentang proposal damai yang disampaikan melalui jalur resmi, seperti dari Presiden Trump atau penasehat politiknya, Jared Kushner, atau Dubes AS untuk Israel David M Friedman, atau dirinya selaku Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah.