Hujan Buatan untuk Memperbaiki Kualitas Udara di Korea Selatan
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·2 menit baca
SEOUL, JUMAT - Banyak negara di dunia bergelut dengan masalah polusi udara. Untuk memperbaiki kualitas udaranya, Korea Selatan melakukan uji coba dengan membuat hujan buatan di atas Laut Kuning. Hal serupa juga sudah dilakukan oleh Thailand awal bulan ini.
Banyak warga Korea selatan yang menuduh China sebagai penyebab buruknya kualitas udara di Korea Selatan seperti yang terjadi pada awal bulan Januari ini. Hari Jumat (25/1/2019) kemarin Badan Meteorologi Korea (KMA) menerbangkan pesawat yang membawa senyawa kimia untuk membuat hujan buatan.
“Percobaan ini bertujuan untuk melihat apakah teknologi ini mampu dan efektif menghilangkan partikel udara,” kata juru bicara KMA. Menurutnya, Seoul “tidak memiliki bukti bahwa partikel halus di Laut Barat seluruhnya berasal dari China”.
Kualitas udara di Korea Selatan secara umum lebih baik dibandingkan China yang merupakan negara dengan kualitas udara paling buruk di dunia. Badan Energi Internasional menyebutkan tiga perempat kebutuhan energi China dipasok oleh pembangkit tenaga batu bara. Polusi udara di China seringkali berdampak pada Korea Selatan.
Buruk
Kualitas udara di Korea selatan pun terkadang memburuk ketika PM 2,5 dari China terbawa oleh embusan angin melintasi laut yang memisahkan kedua negara.
Beijing sendiri telah mencari cara untuk mengatasi masalah tersebut. Studi terbaru mengungkapkan bahwa kadar partikel udara berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron (PM 2,5) di wilayah perkotaan telah menurun hampir sepertiga dalam empat tahun terakhir.
Namun, kandungan tersebut masih di atas nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Internasional (WHO).
Tahun lalu, Korea selatan menutup lima pembangkit listrik tenaga batu bara yang sudah lama untuk memulihkan kualitas udaranya.
Anggota parlemen dari partai mayoritas Shin Ching-hyun menekankan bahwa ketika polusi udara di Korea Selatan meningkat dua minggu lalu, daerah dengan kondisi polusi udara yang paling buruk adalah Pulau Baengnyeongdo yang berjarak 200 kilometer arah Barat Kota Seoul sekaligus wilayah yang paling dekat dengan China.
“Klaim China bahwa mereka tidak bisa sepenuhnya disalahkan atas polusi udara di Korea melanggar hak penduduk Korea Selatan untuk mendapat lingkungan yang sehat,” katanya.
Dalam pernyataan tertulisnya di awal 2019 WHO menyebut polusi udara sebagai satu dari 10 masalah kesehatan global yang akan menjadi ancaman di tahun 2019. Bahkan, polusi udara disebut sebagai risiko dari lingkungan yang terbesar bagi kesehatan. Sembilan dari 10 orang di dunia menghirup udara kotor setiap hari.
Ketika terhirup partikel di udara bisa masuk ke saluran pernapasan dan masuk ke aliran darah merusak paru, jantung, dan otak.(AFP)