Taktik Trump Salah dan Kalah
Terkait pembiayaan tembok perbatasan, ”Nancy tidak akan pernah memberi yang saya inginkan”. Demikian kata dua orang yang menyaksikan betapa frustrasinya Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Hal inilah yang membuat Trump mengalah. Dia pun meneken persetujuan dengan Senat untuk membuka kembali pemerintahan.
Ini dituliskan di situs berita politik AS, Politico, edisi Jumat (25/1/2019). Dengan demikian, berakhirlah pula penutupan sebagian kegiatan pemerintahan AS pada hari Jumat (25/1/2019) yang terhenti selama 35 hari atau sejak 22 Desember 2018.
Sebelum menyerah, ada upaya terakhir yang disampaikan Trump lewat Ketua Mayoritas di Senat Mitch McConnell (Republikan-Kentucky) kepada Demokrat. Salah satunya permohonan agar ada persetujuan uang muka untuk biaya tembok di samping kesepakatan pembukaan pemerintahan.
Upaya ini juga tidak berhasil. Demokrat tetap pada sikap, ”Tidak akan ada biaya untuk tembok dan tidak akan ada negosiasi sebelum pemerintahan dibuka. Buka saja pemerintahan dan jangan sandera warga pekerja karena perbedaan,” itu saja pesan berulang dari Demokrat yang disampaikan Ketua DPR (House of Representatives) Nancy Pelosi (Demokrat-California) dan juga Ketua Minoritas Senat Chuck Schumer (Demokrat-New York).
Pelosi bergeming
Sebelum menyerah pada 25 Januari lalu itu, berbagai serangan terus dicobanya terhadap Demokrat, khususnya Pelosi. Serangan ini termasuk oleh mantan hakim Jeanine Pirro, seorang Republikan, yang menyudutkan liburan Pelosi di Hawaii hingga suami dan relasi Pelosi dengan donatur Cesar Chavez. Pirro menyebut Pelosi sebagai seorang hipokrit.
Serangan Senator North Carolina Lindsey Graham tentang Hillary Clinton pun muncul. Graham kembali mengungkit kasus yang pernah mendera Hillary, seperti surat elektronik yang bocor dan lainnya. Graham mengancam akan membongkar banyak skandal Demokrat. Ini bertujuan membuat Demokrat gugup dan bersedia bernegosiasi.
Taktik ini pun tidak mempan. Kubu Demokrat yang dipimpin Ketua DPR Nancy Pelosi tidak pernah mundur dari kesepakatan bersama. ”Jangan mundur selangkah pun dan tetaplah kompak,” demikian Pelosi meyakinkan sebagian Demokrat yang ikutan gamang. ”Jika kita memberi tawaran soal tembok, kita kalah. Dan kini kita menang,” kata Pelosi.
Itulah perjuangan Demokrat melawan Trump yang ingin menemboki perbatasan AS-Meksiko dengan biaya 5,7 miliar dollar AS. Bagi Demokrat ini sebuah rencana yang tidak efektif dan berdasarkan berbagai fakta empiris, imigran ilegal dan narkoba asal selatan kebanyakan melewati gerbang perbatasan resmi dan dijaga. Maka dari itu, Demokrat setuju peningkatan pengawasan di perbatasan dengan teknologi dan penambahan pekerja.
Ketangguhan Pelosi membuatnya mendapat pujian dari kawan ataupun lawan.
Ketangguhan Pelosi membuatnya mendapat pujian dari kawan ataupun lawan. ”Jangan remehkan Ketua DPR sebagaimana Trump telah mendapatkan pelajaran,” kata Schumer.
Kubu Republikan yang sejak awal menyetujui penutupan pemerintahan turut memuji Pelosi. ”Dia tidak bisa dipermainkan,” kata Mark Meadows, anggota DPR dari Republikan, tentang Pelosi. ”Energi dan nyali Pelosi tidak bisa diremehkan,” kata Ketua Mayoritas di DPR Whip Jim Clyburn (Demokrat-South Carolina).
Malu dan lemas
Sebagian kubu Republikan lemas dan merasa dipermalukan dengan mundurnya Trump dari sikapnya soal tembok. ”Berita bagus untuk George Herbert Walker Bush: hari ini tidak lagi menjadi Presiden AS terlemah,” demikian komentator media kubu Republikan, Ann Coulter. Dia sedang menyindir Trump secara tak langsung dengan sebutan ”terlemah”, lebih lemah dari almarhum mantan Presiden George HW Bush.
Demikian juga mantan penasihat Trump, Steve Bannon, menuliskan, ”Pemerintahan dibuka, perbatasan juga. Tidak ada tembok.”
Trump yang memproklamirkan diri sebagai perunding ulung dan biasanya susah berkompromi kali ini memang mendapatkan perlawanan. ”Untuk ukuran apa pun, ini jelas kekalahan besar,” kata Patrick J Griffin, Direktur Bidang Legislatif Gedung Putih pada era Presiden Bill Clinton. ”Tidak ada tembok dan kemungkinan kehilangan warga pemilih ketimbang mengalami kenaikan atau penguatan basis,” kata Griffin.
Tak perlu tembok
Di samping nyali Pelosi yang tangguh, isu penutupan pemerintahan hanya karena Demokrat tidak menyetujui anggaran untuk tembok memang membuat Trump tersudut. Tuduhan pun muncul dari kubu Republikan itu sendiri.
”Ini tidak seharusnya terjadi,” kata Senator Lisa Murkowski (Republikan-Alaska). ”Kita tak dapat mengacaukan kehidupan warga dengan cara ini.”
Kemarahan di antara Republikan pun terjadi pada pertemuan kalangan ini pada hari Kamis (24/1/2019). ”Ini salah Anda,” demikian Senator Ron Johnson (R-Wisconsin) terhadap McConnell. Adalah penolakan Senat dari Republikan pada Demokrat yang turut memperkeruh suasana. ”Apakah Anda mengira saya menyukai ini juga,” kata McConnell membalas.
Tembok juga bukan merupakan prioritas utama. Jika ini prioritas, mengapa Trump tidak bisa meloloskannya dalam dua tahun pertama pemerintahannya saat mayoritas kursi kongres dan senat masih dikuasai Republikan. Ini artinya Republikan tidak memberi dorongan kuat soal tembok ini sejak awal dan lebih fokus pada isu lain.
”Saya sudah menyimpulkan sejak lama bahwa ini bukan ide bagus,” kata Murkowski. ”Sejumlah besar nama juga berpikir bahwa soal tembok ini bukan ide bagus. Harusnya bukan isu tembok ini alat yang kita pakai,” kata Murkowski.
Jajak pendapat pun menunjukkan bahwa Trump dan Republikan menjadi pihak yang dipersalahkan atas kemelut yang terjadi. Aksi protes dari 800.000 pegawai pemerintah bermunculan sebab tak menerima gaji akibat penutupan kegiatan pemerintahan.
Akhir kata Pelosi relatif merendahkan hati. ”Bukan saya, melainkan kekuatan dan kesatuan Demokrat adalah faktor utama di balik kemenangan,” katanya. Dia menambahkan, nilai-nilai yang dianut Demokrat, langkah dan rencana terukur, serta sikap mempertahankan keberagaman menjadi faktor lain yang meyakinkan Pelosi pada perjuangannya.
Sejak awal Pelosi melihat isu tembok bukan semata-mata tentang tembok fisik antara AS dan Meksiko. Tembok ini melambangkan tembok antara realitas kehidupan warga AS, yang tidak akan mendapatkan perhatian utama dari Trump dan Republikan, terutama warga miskin, termasuk kaum imigran nonkulit putih. (AP/AFP/REUTERS)