KAIRO, KOMPAS Presiden Sudan Omar al-Bashir akhirnya meminta dukungan dua kubu besar yang sedang memegang kendali politik di Timur Tengah, yakni Mesir dan Qatar, setelah Al-Bashir semakin kehilangan dukungan di dalam negeri.
Presiden Al-Bashir, Minggu (27/1/2019), mengunjungi Kairo menemui Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi. Sebelumnya, Selasa (22/1), Al-Bashir menemui Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamd al-Thani di Doha.
Mesir dan Qatar berada dalam dua kubu yang berseteru di Timur Tengah, Mesir bersama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) memimpin aksi melawan gerakan Islam politik di kawasan itu. Adapun Qatar bersama Turki mendukung gerakan Islam politik sebagai bagian dari proses dan dinamika demokrasi.
Presiden Al-Bashir memilih berkunjung ke Qatar dan Mesir secara berturut-turut dalam satu pekan guna meraih dukungan dari dua kubu besar yang berseteru itu untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya sekaligus bisa meredam aksi unjuk rasa di negaranya.
Seperti diketahui, dalam gerakan massa di negara-negara Arab sejak Musim Semi Arab tahun 2011, dua kubu besar itu sering ada di belakangnya.
Aksi unjuk rasa di Sudan yang dimulai pada 19 Desember sebagai protes atas memburuknya situasi ekonomi dan naiknya harga roti hingga tiga kali lipat. Pemerintah Presiden Al-Bashir gagal meredam aksi unjuk rasa tersebut. Menurut Lembaga Pengawas Hak Asasi Manusia (HRW), sudah lebih dari 40 orang tewas dalam aksi unjuk rasa di Sudan.
Intervensi
Keputusan Presiden Sudan mengunjungi Mesir dan Qatar setelah otoritas Sudan menuduh ada kekuatan asing yang mengintervensi dan menggerakkan massa untuk menjatuhkan Al-Bashir yang sudah berkuasa di Sudan 30 tahun, yakni sejak 1989.
Kepala Intelijen Sudan Salah Gosh, 21 Desember, menuduh Dinas Intelijen Luar Negeri Israel (Mossad) ikut bermain dalam aksi unjuk rasa di Sudan. Gosh mengungkapkan, Mossad bekerja sama dengan pemberontak Darfur dari Gerakan Pembebasan Sudan (SLM) pimpinan Abdul Wahid al-Nur. Mereka diduga ikut menggerakkan massa untuk menjatuhkan pemerintah.
Terkait lawatannya, Al-Bashir berhasil mendapat dukungan kuat dari Presiden El-Sisi. Dalam temu pers bersama dengan Presiden Al-Bashir di Kairo, Minggu, El-Sisi menegaskan, stabilitas Mesir adalah bagian dari keamanan nasional Mesir.
Pada 27 Desember, Menlu Mesir Sameh Shoukry dan Kepala Intelijen Mesir Abbas Kamel mengunjungi Sudan untuk memberi dukungan kepada pemerintah Al-Bashir.
Mesir yang bertetangga langsung dengan Sudan sangat khawatir jatuhnya rezim Al-Bashir melalui aksi unjuk rasa. Hal itu bisa mengancam keamanan Mesir yang pernah menghadapi guncangan aksi unjuk rasa pada 2011 dan 2013 yang menjatuhkan Presiden Hosni Mubarak pada 2011 dan Presiden Muhammad Mursi pada 2013.
Al-Bashir mengatakan, ada upaya menduplikasi Musim Semi Arab untuk diterapkan di Sudan melalui media sosial. Upaya itu yang memicu meluasnya unjuk rasa di Sudan. Al-Bashir mengakui, ada persoalan di Sudan, tetapi tidak sebesar yang diembuskan media sosial. Untuk itu, Al-Bashir menegaskan, pentingnya kerja sama keamanan Mesir-Sudan untuk menghadapi pengacau yang mengganggu keamanan kawasan.