WASHINGTON, KAMIS — Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyuarakan optimisme bakal ada kemajuan dalam perundingan dagang antara AS dan China. Namun, ia menegaskan ”tak akan ada kesepakatan final” sebelum dirinya bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dalam waktu dekat.
Optimisme itu disuarakan Trump lewat serangkaian pernyataan di akun Twitter-nya, Rabu (30/1/2019) waktu setempat, sebelum ia menemui delegasi China yang sudah dijadwalkan. Kamis kemarin merupakan hari kedua perundingan dagang AS-China di Washington DC.
Perundingan dagang AS-China diharapkan menghasilkan kesepakatan sebelum tenggat 1 Maret untuk mencegah eskalasi baru perang dagang di antara kedua negara.
Pertemuan delegasi AS dan China, tulis Trump di Twitter, ”berlangsung baik”. ”China tak ingin ada peningkatan dalam tarif dan merasa akan berbuat jauh lebih baik jika mereka ingin membuat kesepakatan. Mereka benar,” kata Trump.
”Tak akan ada kesepakatan final sebelum teman saya, Presiden Xi, dan saya bertemu dalam waktu dekat untuk membahas dan menyepakati beberapa poin yang lama menghadang dan lebih sulit. Transaksi yang sangat komprehensif.”
”Perwakilan China dan saya berusaha mewujudkan kesepakatan yang sempurna, tak ada satu pun hal yang tak bisa diselesaikan di meja perundingan,” ujar Trump.
Setelah ”gencatan senjata” dalam perang dagang sejak awal Desember tahun lalu, AS-China, Rabu, kembali duduk berunding. Delegasi China yang berjumlah 30 orang datang ke Washington, dipimpin Wakil Perdana Menteri Liu He.
Mereka diterima perwakilan AS, Robert Lighthizer. Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sehari sebelum perundingan, mengatakan, pemerintah berharap ada ”progres signifikan” dan mengingatkan waktu yang tersisa untuk menyelesaikan ”gencatan senjata”.
Namun, sejumlah analis memperkirakan hal yang paling bisa diharapkan dalam perundingan dua hari itu, bahwa kedua negara setuju untuk saling terus berbicara. Wakil Direktur Senior Dewan Bisnis AS-China Erin Ennis mengatakan, ”Kita mengantisipasi hasil yang tidak besar pekan ini.”
Perang dagang di antara dua negara ekonomi raksasa ini berakibat cukup besar bagi kedua negara. AS menerapkan tarif terhadap impor produk China senilai 250 miliar dollar. Beijing membalas dengan pajak impor terhadap barang-barang AS senilai 110 miliar dollar. Trump mengancam memperluas kenaikan tarif dari 10 persen menjadi 25 persen terhadap barang-barang China dengan nilai yang lebih besar.
Mantan pejabat perdagangan AS, Christopher Adams, berpendapat, perbedaan Beijing-Washington sangat besar. Washington pada dasarnya meminta China menurunkan ambisi ekonominya menjadi pemimpin utama dunia, khususnya dalam bidang robotik dan mobil listrik. ”Kesepakatan komprehensif yang secara fundamental mengubah sistem mereka, saya kira tidak mungkin,” katanya. (AFP/AP/REUTERS/RET)