CARACAS, SABTU —Gerakan melawan Presiden Venezuela Nicolas Maduro mulai memikat semakin banyak pihak. Seorang jenderal dari Angkatan Udara Venezuela menyatakan mendukung tokoh oposisi Venezuela, Juan Guaido, yang menyatakan diri sebagai pejabat presiden.
Jenderal Francisco Yanez dalam sebuah rekaman yang diunggah di Youtube dan dipublikasikan, Sabtu (2/2/2019), menggambarkan Maduro sebagai seorang diktator dan menegaskan bahwa Guaido—Ketua Dewan Nasional Venezuela—sebagai presidennya. ”Transisi menuju demokrasi sudah dekat,” kata Yanez dalam rekaman itu.
Ia pun menyerukan agar rekan-rekannya ikut serta dalam unjuk rasa menentang pemerintahan sosialis Maduro. Dalam video itu, Yanez mengklaim, sebanyak 90 persen tentara menentang Maduro. Dalam pembicaraan dengan The Associated Press melalui telepon, Yanez mengonfirmasi kebenaran pernyataan itu. Namun, ia mengatakan, dia tidak akan memberikan keterangan lebih lanjut tanpa diberi otorisasi oleh ”panglima angkatan bersenjata, Presiden Juan Guaido”.
Dalam pembicaraan itu, Yanez menolak mengatakan apakah dia masih berada di Venezuela atau telah meninggalkan negara itu. The Associated Press menghubunginya dengan nomor Kolombia. Melalui akun Twitternya, Komando Tinggi Angkatan Udara menuduh Yanez melakukan pengkhianatan.
Dukungan
Pada saat yang sama, Guaido terus mendapat lebih banyak dukungan dari komunitas internasional. Negara-negara besar Eropa telah menetapkan batas waktu, yaitu hari Minggu, bagi Maduro untuk menyerukan pemilihan presiden. Amerika Serikat pun sejak awal telah mendukung Guaido.
Guaido terus berupaya memperluas basis dukungan internasionalnya dengan meyakinkan kreditor utama Venezuela, China—sekutu lama rezim sosialis Venezuela—bahwa ia akan menghormati perjanjian bilateral jika berhasil menggulingkan Maduro.
Guaido mengatakan kepada South China Morning Post edisi Sabtu bahwa ia tidak akan mengganggu hubungan dengan China meski hubungannya dekat dengan AS. ”Dukungan China akan sangat penting dalam meningkatkan ekonomi negara kami dan perkembangan masa depan,” katanya dalam sebuah wawancara via surat elektronik.
”Kami siap untuk memulai hubungan yang konstruktif dan dialog dengan China sesegera mungkin,” kata Guaido.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan, kerja sama kedua negara akan terus berlanjut ”tidak peduli bagaimana situasinya berubah” di Venezuela.
Sebagaimana diketahui, berbeda dari AS dan negara-negara Eropa, Rusia dan China menyuarakan dukungan untuk Maduro, yang rezimnya berutang miliaran dollar AS kepada kedua negara itu.
Menyambut seruan Guaido, puluhan ribu pengunjuk rasa kembali turun ke jalan-jalan di Caracas pada hari Sabtu. Mereka mendukung seruan Guaido untuk percepatan pemilu. Pada hari yang sama, Maduro juga akan mengadakan rapat umum untuk memperingati 20 tahun pelantikan pertama pemimpin sosialis Venezuela, Hugo Chavez, sebagai presiden pada tahun 1999.
Dalam sepuluh hari terakhir, pergolakan politik di Venezuela makin memperburuk krisis ekonomi di negara itu. Meskipun memiliki cadangan minyak sangat besar, Venezuela mengalami hiperinflasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, sekitar 2,3 juta warga Venezuela telah meninggalkan negara itu. (AP/AFP/Reuters/JOS)