Kubu pemerintah dan oposisi di Venezuela terus berebut dukungan dari dalam dan luar negeri. Sebagian Eropa mendukung oposisi. Rusia, China, dan Turki mendukung kubu pemerintah.
PARIS, MINGGU Perancis meminta Presiden Venezuela Nicolas Madura segera mengulang pemilihan presiden. Jika tidak ada pengumuman soal pilpres ulangan hingga Minggu (3/2/2109) malam, Paris akan mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai pemimpin sah Venezuela sampai pemilu terselenggara.
Sikap Paris itu diumumkan Menteri Perancis untuk Urusan Uni Eropa Nathalie Loiseau. Selama ini, Paris belum secara resmi mengakui kepemimpinan Guaido.
”Jika malam ini Maduro tak mau memulai pilpres, Perancis akan mempertimbangkan Guaido sebagai (presiden) sah untuk menyelenggarakan pemilu, dan kami akan mempertimbangkan dia (Guaido) sebagai presiden sementara sampai pemilu sah di Venezuela (digelar),” ujarnya.
Langkah serupa dilakukan Austria. ”Saya baru menelepon presiden @jguaido. Ia mendapat dukungan penuh kami untuk memulihkan demokrasi di Venezuela,” tulis Kanselir Austria Sebastian Kurz.
Loiseau menolak usulan Maduro untuk mempercepat pemilu legislatif. Maduro menawarkan agar pemilu legislatif dimajukan dari 2020 menjadi 2019. Tawaran itu merupakan jawabannya atas permintaan pilpres ulang.
Maduro menolak pilpres diulang karena, ia beralasan, pilpres sudah diselenggarakan pada Mei 2018. Dari empat calon, Maduro menang dan dilantik Mahkamah Konstitusi pada 10 Januari 2019.
Majelis Nasional Venezuela yang dipimpin Guaido menolak pilpres 2018. Majelis juga menolak pelantikan di MK. Sebab, konstitusi Venezuela mengatur, pelantikan presiden digelar di Majelis Nasional. Majelis Nasional—106 dari 167 kursinya diduduki oposisi—menganggap sedang ada kekosongan kekuasaan di Venezuela, dan Guaido mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara.
Secara terpisah, Menlu Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan, pengakuan negara lain atas kepemimpinan Guaido hanya menambah masalah dan menyusahkan jutaan warga Venezuela. Bersama Rusia dan China, Turki masih mendukung Maduro.
”Ada masalah di suatu negara, dan percikan sedikit saja bisa membakar. Dalam kasus ini, seharusnya mereka (negara-negara yang mengakui Guaido) berkontribusi pada penyelesaian masalah melalui dialog. Ternyata apa? Mereka malah memanasi dari luar. Warga Venezuela sedang dihukum dengan cara itu,” kata Cavusoglu.
Tambah pembelotan
Dari Caracas, Guaido mengajak lebih banyak tentara dan aparat keamanan membelot dari Maduro. Ajakan itu menyusul keputusan seorang perwira AU Venezuela, Jenderal Francisco Yanez, meninggalkan Maduro. Selama ini, hampir semua komandan tentara dan polisi Venezuela masih mendukung kepemimpinan Maduro.
Guaido mengajak tentara bergabung bersama warga. ”Kami tak mau Anda sekadar berhenti menembaki pengunjuk rasa. Kami ingin Anda menjadi bagian dari pembangunan ulang Venezuela,” ujarnya.
Oposisi akan menguji militer Venezuela dalam beberapa hari mendatang. Caranya, memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan bagi warga Venezuela. Bantuan luar negeri itu akan masuk melalui darat dan laut, termasuk melalui perbatasan Venezuela-Kolombia.
Militer akan diuji apakah mereka membiarkan bantuan itu masuk dan dikirimkan kepada warga yang membutuhkan atau mematuhi perintah Maduro.
Pemerintahan Maduro menolak bantuan kemanusiaan dari sejumlah negara. Ia mencurigai, hal itu bakal berujung pada intervensi militer yang dipimpin Amerika Serikat.
Selain mengajak tentara membelot, Guaido juga mengajak warga terus berunjuk rasa. Dalam aksi unjuk rasa, Sabtu (2/2), puluhan ribu pendukung oposisi turun ke jalan di sejumlah kota di Venezuela. Sebagian mereka berasal dari warga kelas menengah dan bawah. Mereka menuntut Maduro mundur dan segera digelar pilpres. (AP/REUTERS/RAZ)