Dengan bertelanjang dada dan memakai ikat pinggang berwarna cerah, para lelaki bergulat memperebutkan bola kayu raksasa di sebuah festival di Vietnam. Di tengah riuhnya penonton yang menyemangati, mereka berjatuhan dari sudut ke sudut lapangan berusaha memasukkan bola ke gawang lawan.
Itulah permainan Vat Cau, olahraga yang mengandung unsur gulat dan rugby berusia ratusan tahun. Vat Cau menjadi daya tarik utama dari tiga hari festival yang diadakan selama perayaan tahun baru Tet (Tet Nguyen Dan) atau tahun baru Imlek di desa Thuy Linh, sekitar 10 kilometer dari pusat ibu kota Hanoi.
Tet menjadi kesempatan bagi warga Vietnam untuk mengungkapkan rasa hormat dan mengenang leluhur mereka. Di masa lalu, Tet adalah masa istirahat agak panjang setelah musim panen hingga musim tanam tiba.
Dalam setiap satu pertandingan Vat Cau terdapat empat tim yang masing-masing terdiri atas delapan pria yang mengenakan tali pinggang dengan warna berbeda. Mereka bergumul di atas bola seberat 37 kilogram yang terbuat dari kayu pohon nangka.
”Permainan ini adalah tradisi dan kebanggaan masyarakat Thuy Linh,” kata Le Duc Duong, atlet dengan pengalaman 15 tahun bermain Vat Cau, pada hari kedua festival, Sabtu (9/2/2019).
Sebelum pertandingan diadakan, setiap peserta harus rajin berenang, berlari, dan binaraga untuk mendapatkan kondisi tubuh yang prima saat Vat Cau digelar.
Gembira
Warga yang menonton kompetisi Sabtu itu bersemangat tinggi, tertawa, dan bersorak saat pembawa acara pertandingan mengomentari para atlet yang saling menerkam satu sama lain di lapangan.
Pada akhir turnamen, skuad dengan poin terbanyak maju ke babak berikutnya dan para juara di tahap akhir akan menerima hadiah uang tunai 260 dollar AS.
Meskipun kecil, hadiah itu ”memberi hak” kepada juara untuk menyombongkan diri di hadapan tim lain. Penyelenggara festival, Le Minh Xuong, mengatakan, berawal dari abad ke-11, permainan ini diciptakan oleh seorang jenderal yang dihormati untuk mengajar pasukannya pentingnya kerja tim, kecerdasan, dan kekuatan ketika berperang.
”(Permainan ini) mewarisi tradisi nenek moyang kami, yaitu melatih para lelaki di desa memiliki kesehatan dan kebugaran untuk tujuan akhir melindungi tanah air,” katanya.
”Kami sebenarnya memainkan permainan ini untuk bersenang-senang. Hadiah tidak penting bagi kami. Setiap memainkannya membawa sukacita bagi kami,” kata pemain berusia 20 tahun, Nguyen The Hien, yang juga seorang pelatih kickboxing. (AFP/ADH)