SRINAGAR, MINGGU— Ratusan tentara India pada Minggu (17/2/2019) memburu pimpinan kelompok militan di Kashmir yang diyakini telah mendalangi pengeboman konvoi kendaraan paramiliter India sehingga menewaskan 44 polisi paramiliter.
Mereka mencari Mohammed Umair, komandan Jaish-e-Mohammad di wilayah Kashmir yang diyakini merencanakan serangan bom pada Kamis (14/2/2019).
Seorang perwira polisi mengatakan, mereka memiliki informasi, Umair telah ”meradikalisasi dan memotivasi” pelaku serangan bom di Kashmir yang putus sekolah untuk melakukan serangan.
Umair diperkirakan telah memasuki wilayah Kashmir India dari Pakistan September tahun lalu untuk memimpin kelompok Jaish. Pasukan keamanan mencurigai dia bersembunyi di Kashmir bagian selatan.
Para pejabat India mengatakan, Umair adalah keponakan pimpinan kelompok Jaish, Masood Azhar, yang diyakini berada di Pakistan. Seorang perwira polisi menyatakan, Jaish dianggap sebagai salah satu kelompok militan paling mematikan dan telah memperluas kehadirannya di Kashmir.
Jaish-e-Mohammad mengklaim bertanggung jawab atas serangan paling mematikan terhadap pasukan keamanan India dalam beberapa dekade.
Inilah yang memicu ketegangan antara India dan Pakistan. India menuntut Pakistan menutup Jaish dan kelompok militan Islam lainnya yang beroperasi dari negaranya.
Kashmir
Kashmir, wilayah mayoritas Muslim menjadi jantung permusuhan India-Pakistan selama puluhan tahun, diklaim seluruhnya, baik oleh India maupun Pakistan. Realitanya, sebagian India dan Pakistan menguasai masing-masing separuh wilayah Kashmir.
Perdana Menteri India Narendra Modi berjanji membalas serangan itu dan telah memberi militer kebebasan bertindak. Setelah pengeboman terjadi di Kashmir, pihak berwenang India menarik perlindungan polisi untuk lima pemimpin separatis di Kashmir, antara lain Mirwaiz Umar Farooq.
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri India A Bharat Bhushan Babu mengatakan bahwa keputusan itu mengikuti seruan pemerintah untuk meninjau keamanan mereka yang ”mengambil uang dari Pakistan”.
Selain upaya militer, India juga telah merespons pengeboman di Kashmir dengan upaya diplomatik dan ekonomi. Pada awal pekan ini, India menarik keistimewaan perdagangan dengan Pakistan dengan mengeluarkannya dari Negara Paling Disukai (Most Favoured Nation).
Pada Sabtu (16/2/2019), Menteri Keuangan India Arun Jaitley memutuskan bea atas semua impor dari Pakistan akan dinaikkan menjadi 200 persen.
Menurut para ahli, dampak kebijakan itu cenderung terbatas karena perdagangan bilateral di antara kedua negara tidak mencapai 2 miliar dollar AS.(REUTERS/AFP/ADH)