Perjalanan dari Kairo menuju kota wisata Sharm el-Sheikh—berjarak sekitar 500 kilometer—dengan bus antarkota biasanya memakan 6 hingga 7 jam. Namun, perjalanan mulai Sabtu (23/2/2019) pukul 00.30 untuk tujuan meliput Konferensi Tingkat Tinggi Liga Arab-Uni Eropa itu ternyata menghabiskan waktu 9 jam.
Sharm el-Sheikh, kota wisata nan cantik di pertemuan bibir Teluk Aqaba dan Laut Merah, sejak Minggu hingga Senin (25/2), kedatangan 22 pemimpin Arab dan 28 pemimpin negara-negara Uni Eropa. Ini konferensi tingkat tinggi pertama antara para pemimpin Arab dan Eropa.
Bertolak dari Kairo sudah lewat tengah malam, ditambah rasa kantuk, terbayang perjalanan bakal lancar dan aman sehingga bisa tidur sepanjang perjalanan. Harapan itu tercapai, tetapi hanya sampai kota Suez—sekitar 110 kilometer timur kota Kairo—yang terletak di tepi Terusan Suez.
Menjelang masuk kota Suez, bus tiba-tiba berhenti menjelang memasuki terowongan bawah tanah Ahmed Hamdi di bawah Terusan Suez yang menghubungkan wilayah Mesir di Afrika dengan Semenanjung Sinai. Penumpang pun terbangun. Tempat pemberhentian pertama bus itu ternyata adalah pos pemeriksaan militer.
Semua penumpang diminta turun oleh seorang berseragam militer. Semua barang di bagasi juga diminta agar diturunkan untuk diperiksa satu per satu. Anggota militer itu baru mengizinkan bus melanjutkan perjalanan setelah meyakini tidak ada hal-hal yang mencurigakan dalam bus.
Ketika bus berhenti lagi guna mengantre memasuki terowongan bawah tanah Ahmed Hamdi untuk menyeberang ke Semenanjung Sinai, tiba-tiba seorang anggota militer naik lagi ke dalam bus dan meminta semua penumpang menunjukkan kartu identitasnya.
Tiba-tiba seorang anggota militer naik lagi ke dalam bus dan meminta semua penumpang menunjukkan kartu identitasnya.
Wah... saat itu sempat ciut juga perasaan. Pemeriksaan keamanan dalam perjalanan menuju Sharm el-Sheikh ternyata cukup ketat. Jika mengingat bahwa Semenanjung Sinai dikenal menjadi arena konflik bersenjata antara militer Mesir dan milisi radikal kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) sayap Mesir atau kelompok Wilayah Sinai, pemeriksaan ketat itu bisa dimaklumi. Apalagi, Sharm el- Sheikh menggelar perhelatan besar, KTT Liga Arab-UE.
Namun, yang mengejutkan dan di luar dugaan, pos pemeriksaan militer menjelang terowongan Ahmed Hamdi itu bukan yang pertama dan terakhir. Ternyata sepanjang perjalanan Kairo-Sharm el-Sheikh, sedikitnya ada sembilan pos militer, yang masing-masing pemeriksaannya sangat ketat.
Hanya beberapa saat setelah keluar dari terowongan Ahmed Hamdi, bus berhenti lagi di pos pemeriksaan. Lagi-lagi, seorang anggota militer meminta penumpang menunjukkan kartu identitas. Yang mengejutkan dan bikin ketar-ketir, beberapa penumpang bus ditahan dan tak bisa melanjutkan perjalanan ke Sharm el-Sheikh. ”Apa dosa saya sampai ditahan seperti ini,” celetuk penumpang yang ditahan itu.
Kini, jumlah penumpang bus mulai berkurang. Setelah melaju beberapa kilometer dari pos pemeriksaan kedua, bus berhenti lagi di pos pemeriksaan ketiga, dan para penumpang kembali diminta menunjukkan kartu identitas. Seperti sebelumnya, di pos pemeriksaan itu beberapa penumpang juga ditahan dan tidak dapat melanjutkan perjalanan.
Di beberapa pos pemeriksaan berikutnya, masih ada penumpang bus yang ditahan. Di tempat tujuan, jumlah penumpang bus hanya tersisa 50 persen. Dari total 50 penumpang di awal keberangkatan, tersisa 25 orang saja.
Di pos pemeriksaan terakhir menjelang masuk kota Sharm el-Sheikh, penumpang diminta turun lagi. Semua barang di bagasi diminta diturunkan, dibuka, dan diperiksa lagi. Begitu banyak pos dengan pemeriksaan yang sangat ketat itu, masa tempuh perjalanan pun menjadi molor. Dari perkiraan 6-7 jam, lama perjalanan menjadi 9 jam. Dan, tak semua penumpang bisa mencapai tujuan di kota Sharm el-Sheikh. Perjalanan yang mendebarkan. (BERSAMBUNG)