HAVANA, SENIN —Rakyat Kuba, Minggu (24/2/2019), memberikan suara dalam referendum konstitusi baru di tengah meningkatnya tekanan dari Amerika Serikat. Referendum berisi dua opsi: ya atau tidak untuk konstitusi baru tersebut.
Pihak berwenang Kuba mengatakan, lebih dari 80 persen pemilih terdaftar memberikan suara. Hasil pemungutan suara diperkirakan bisa diketahui pada Senin (25/2) malam.
Pemungutan suara di Kuba dilakukan setelah pada pekan lalu Presiden AS Donald Trump mengatakan ideologi kiri sedang ”sekarat.”
Melalui referendum, pemerintah berupaya mempertegas peran sosialisme yang ”tidak dapat dibatalkan” di negara pulau itu. Hal ini berarti mengabadikan sosialisme sebagai satu-satunya ideologi di Kuba.
Konstitusi baru, menggantikan versi 1976, mengakui peran terbatas pasar bebas dan investasi swasta, tetapi hanya di bawah kendali Partai Komunis.
”Kami rakyat Kuba memberikan suara untuk konstitusi baru kami. Kami memberikan suara untuk Amerika Latin dan Karibia,” kata Presiden Miguel Diaz-Canel ketika memberikan suaranya.
Namun, menurut analis Carlos Alzugaray, kata-kata Trump mendorong mereka yang mendukung konstitusi baru. Adapun pasal-pasal dalam konstitusi baru ini menegaskan kembali peran sentral sosialisme dan komunisme di Kuba.
”Banyak orang yang melihat kutipan Trump akan memilih ’ya’ karena mereka ingin mempertahankan kemerdekaan dari ancaman AS,” kata Alzugaray.
Senator AS Marco Rubio, yang orangtuanya adalah warga Kuba, mengecam rezim Havana lewat Twitter. ”Apa yang disebut ’referendum’ di Cuba adalah manuver lain kediktatoran Kuba untuk mempertahankan kekuasaannya,” katanya.
Diaz-Canel mengatakan, pemungutan suara berlangsung ketika di negara Venezuela terdapat ”ancaman imperialis” yang sedang dihadapi kawasan tersebut.
”Hari ini kita akan menang ... Ini juga akan menjadi kemenangan penting bagi Venezuela,” katanya setelah mengantre di Havana untuk memberikan suaranya.
Badut
Diaz-Canel juga menyerang Presiden Chile, Kolombia, dan Paraguay karena bergabung dengan pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido. Pada Sabtu (23/2), Guaido memaksa bantuan kemanusiaan melintasi perbatasan Kolombia untuk masuk ke Venezuela.
”Sekelompok presiden di perbatasan Kolombia, mereka terlihat seperti badut,” kata Diaz-Canel.
Kuba selama ini berusaha menggalang dukungan internasional dan berkampanye menentang ”agresi militer” AS.