NEW YORK, KAMIS —Amerika Serikat dan Rusia sama-sama mengajukan resolusi di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa terkait krisis di Venezuela. Namun, kedua resolusi yang akan divoting, Kamis (28/2/2019) waktu New York, itu kemungkinan akan gagal diadopsi karena akan saling diveto.
Rusia dan China, yang mendukung kepemimpinan Presiden Nicolas Maduro, kemungkinan akan memveto draf resolusi yang diusulkan AS yang mendukung kepemimpinan Juan Guaido.
Draf resolusi AS mengusulkan pelaksanaan pemilu presiden yang jujur dan adil untuk mengakhiri kebuntuan politik. Washington menilai pemilu pada Mei 2018 yang memilih kembali Maduro tidak jujur dan adil. AS juga meminta bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Venezuela untuk menolong warga yang mengalami kelangkaan pangan dan obat-obatan.
Draf resolusi Rusia menegaskan dukungan terhadap penyelesaian konflik secara damai. Rusia juga menyambut seruan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk mengedepankan dialog. Tanpa menyebut AS, Moskwa menyatakan kekhawatiran atas ancaman penggunaan kekerasan terhadap Venezuela.
DK PBB memiliki 15 anggota, 5 anggota tetap dan 10 anggota tidak tetap, termasuk Indonesia. Sebuah resolusi membutuhkan minimal sembilan suara dengan tanpa veto dari lima anggota tetap, yaitu China, Rusia, AS, Inggris, dan Perancis.
Strategi AS
Pengamat PBB, Richard Gowan, mengatakan, AS berupaya meningkatkan tekanan pada Caracas dengan menunjukkan bahwa mayoritas anggota DK PBB mendukung sikap AS meskipun Rusia dan China kemungkinan akan melakukan veto.
”Jika Beijing dan Moskwa melakukan veto, AS tetap bisa mengklaim dukungan moral yang tinggi. Persoalannya, apa yang bisa dilakukan AS selanjutnya jika resolusi itu gagal? Apakah akan tetap melakukan tekanan moral pada Maduro atau ini menunjukkan bahwa jalan diplomasi melalui PBB telah mati?” kata Gowan dari Pusat Riset Kebijakan Universitas PBB.
Di Geneva, Swiss, Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza mengusulkan dialog langsung antarpimpinan. ”Mengapa Presiden Trump dan Maduro tak sekalian bertemu saja?” katanya.
Namun, Wakil Presiden AS Mike Pence melalui Twitter menjawab, ”Satu-satunya hal yang bisa dibicarakan dengan Maduro saat ini adalah kapan dia lengser.”
Nasib Guaido
Juan Guaido yang didukung lebih dari 50 negara saat ini berada di Brasil untuk meraih dukungan internasional. Sejak Jumat, ia berada di Kolombia saat Venezuela menetapkan larangan bepergian padanya.
Di Brasil, Guaido akan bertemu Presiden Jair Bolsonaro dan juga dengan sejumlah delegasi asing yang mengakui Guaido sebagai pejabat presiden. Sebelumnya Guaido juga bertemu dengan Wapres AS dan pimpinan Kelompok Lima, perkumpulan 12 negara Amerika Latin plus Kanada.
Guaido menyatakan akan tetap pulang ke Venezuela meskipun ada ancaman dirinya akan ditangkap. ”Menjadi tahanan tak ada gunanya bagi siapa pun. Demikian juga jika menjadi presiden di pengasingan. Peran dan tugas saya adalah berada di Caracas, terlepas dari risiko yang menghadang,” kata Guaido.