Islamabad mengirim ”sinyal damai” kepada New Delhi, Jumat (1/3/2019), yang ditandai penyerahan kembali pilot India setelah jet tempurnya ditembak jatuh Pakistan di wilayah Kashmir Pakistan (Kompas, 1/3-2/3). Sinyal itu diharapkan mengakhiri konfrontasi kedua negara.
Sekalipun pemulangan pilot Abhinandan Varthaman telah diklaim New Delhi sebagai kemenangan diplomasi, PM India Narendra Modi tetap menerapkan kewaspadaan militer yang tinggi. Maklum, India baru kehilangan sedikitnya 40 polisi paramiliternya dalam insiden bom bunuh diri Kashmir, wilayah paling bergolak di perbatasan mereka, 14 Februari lalu.
Kewaspadaan militer yang tinggi untuk mempertahankan kedaulatan negara adalah hak setiap negara. Namun, sebuah negara tak dibenarkan dengan alasan apa pun menyerang wilayah negara berdaulat lainnya karena tindakan itu merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional.
”Sinyal damai” mestinya diikuti dialog damai India dan Pakistan. Kita berharap India dan Pakistan duduk di meja perundingan untuk mendialogkan perdamaian di Kashmir. Hal ini termasuk mencabut akar konfrontasi terbaru, yaitu serangan teroris kelompok Jaish-e-Mohammad (JeM) di Kashmir India, yang menyebabkan aparat India tewas.
JeM adalah biang kerok krisis terbaru di Kashmir. Bom bunuh diri anggota JeM pada 14 Februari 2019 menewaskan sedikitnya 40 polisi paramiliter India sehingga New Delhi meradang. Serangan bom bunuh diri terburuk dalam 30 tahun di Kashmir itu hingga penangkapan pilot India membuat kedua negara bersitegang lagi.
Pakar terorisme Audrey Kurth Cronin dan tiga rekannya, peneliti Divisi Luar Negeri Kongres AS, dalam dokumen bertajuk ”Foreign Terrorist Organizations” melaporkan kepada Kongres bahwa JeM bermarkas di Bahawalpur, Punjab, Pakistan. Kelompok teroris ini aktif beroperasi di Kashmir.
Sejak didirikan pada 2000 oleh tokoh fundamentalis Masood Azhar, kelompok itu telah melancarkan sejumlah serangan mematikan di Negara Bagian Jammu dan Kashmir, India. Motif utama JeM adalah ingin memisahkan Kashmir dari India dan menggabungkannya dengan Pakistan.
Muhammad Moj dalam bukunya, The Deoband Madrassah Movement: Countercultural Trends and Tendencies (Anthem Press, 2015), menyebutkan, Azhar mendirikan JeM atas perintah militer Pakistan.
Meski JeM sudah dilarang di Pakistan sejak 2002, AS mengatakan, JeM masih beroperasi di Pakistan (Global News, 27 Februari 2019). Karena itu, India menyerang daerah yang diduga basis JeM di Pakistan.
Jubir Kementerian Luar Negeri Pakistan, Mohammad Faisal, seperti dikutip harian Dawn (18/2/2019), menegaskan, JeM tetap dinyatakan entitas terlarang di Pakistan sejak 2002. Islamabad menolak tudingan yang mengaitkan Pakistan sebagai pihak yang ikut mendukung serangan JeM.
Islamabad tentu saja harus membuktikan sanggahannya atas tudingan New Delhi bahwa JeM melakukan aksinya atas dukungan Pakistan. Seruan Rusia dan China kepada Pakistan pekan ini untuk memberantas ”tempat berkembang biak terorisme” mesti ditanggapi Islamabad dengan jernih.
Insiden Kashmir membawa pesan agar setiap negara mewaspadai dan mendeteksi dini benih-benih radikalisme dan terorisme guna mencegah tumbuhnya benih-benih itu menjadi kekuatan yang bisa melemahkan negara. Kita belajar dari Irak, Suriah, Yaman, Somalia, Nigeria, Afghanistan, dan Pakistan. (PASCAL S BIN SAJU)