Bom bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 40 polisi paramiliter India di Kashmir membuat New Delhi marah luar biasa. India tidak hanya mengerahkan tentara untuk membalas insiden itu, tetapi juga menggunakan senjata tak kalah mematikan, yaitu air.
”Kami akan mengalihkan air dari sungai di timur dan memasoknya untuk warga kami di Jammi, Kashmir, dan Punjab. Pemerintah kami memutuskan pasokan ke Pakistan,” kata Menteri Urusan Air India Nitin Gdakari.
Ia tak memerinci rencana itu. Gdakari mengatakan, kementeriannya menegaskan proyek yang sudah lama diputuskan dan tak ada hal baru.
Ancaman itu dilontarkan sepekan setelah bom bunuh diri di wilayah Kashmir India, 14 Februari. ”Pernyataan India adalah upaya menunjukkan negara itu seolah akan melakukan sesuatu. Dalam kenyataan, pernyataan itu bersifat retoris untuk memainkan sentimen anti- Pakistan,” kata Brahma Chellaney, pakar perjanjian air Pakistan-India pada Center for Policy Research New Delhi.
Dampak bagi Pakistan
Meski demikian, ancaman itu serius bagi Pakistan yang masih menjadikan pertanian sebagai salah satu penggerak perekonomian. Hingga 85 persen pertanian Pakistan dihasilkan di daerah yang tergantung pasokan air dari sungai India.
Pakistan bisa mendapat pasokan itu setelah ada perjanjian pada 1960, Indus Water Treaty (IWT). Perjanjian itu terus bertahan meski terjadi empat perang besar antara India dan Pakistan.
Tanpa penghentian pasokan air dari India pun, Pakistan sudah kesulitan air. Negara itu diperkirakan defisit air pada 2025. Bendungan andalan Pakistan, Tarbela dan Mangla, sudah kesulitan menampung air karena pendangkalan. Jika India benar-benar menghentikan pasokan air, Pakistan semakin terpukul.
Bukan kali ini India mengancam menghentikan pasokan air. Pada 2016, India mengungkap ancaman serupa. Kala itu, India marah setelah JeM menyerang pangkalan udara India. (AP/REUTERS/RAZ)