DUBAI, MINGGU — Arab Saudi, Jumat (1/3/2019), mengumumkan pencabutan kewarganegaraan Hamza bin Laden, anak Osama bin Laden, yang kini menjadi sosok berpengaruh dalam jaringan terorisme.
Tidak ada penjelasan mengapa keputusan kerajaan yang ditandatangani pada November 2018 tersebut baru diumumkan sekarang. Namun, pengumuman itu muncul setelah Amerika Serikat menawarkan imbalan 1 juta dollar AS atas informasi keberadaan Hamza pada Kamis (28/2/2019) sebagai bagian dari program ”Imbalan untuk Keadilan”. Hamza juga dimasukkan dalam daftar teroris oleh Dewan Keamanan PBB.
Pada tahun 1994, Arab Saudi juga mencabut kewarganegaraan Osama bin Laden ketika Osama tinggal di pengasingannya di Sudan. Saat itu, Hamza masih anak-anak. Keberadaan Hamza saat ini tidak diketahui.
”Ini adalah contoh persajakan sejarah,” kata Thomas Joscelyn, peneliti senior pada Foundation for Defense of Democracies, Washington, yang meneliti Al Qaeda dan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). ”Ia lahir tepat setelah Al Qaeda dibentuk sehingga hidupnya benar-benar berada di masa pembentukan dan perang melawan Barat dan Amerika.
Arab Saudi mencabut kewarganegaraan Hamza pada November berdasarkan surat edaran Menteri Dalam Negeri yang diam-diam diterbitkan pada hari Jumat lalu dalam lembaran resmi negara tersebut. Media pemerintah kerajaan itu pun tidak melaporkan keputusan tersebut.
Berusia 30-an
Hamza diyakini lahir pada 1989, tahun ketika pasukan Soviet ditarik dari Afghanistan. Osama, ayahnya, dikenal di kalangan pejuang mujahidin.
Hamza sekarang diyakini berusia sekitar 30 tahun. Semula Osama khawatir terhadap keselamatannya dan berpikir untuk mengirimnya belajar. Namun, kata Joscelyn, Hamzah malah ”ingin terlibat dalam pertempuran”. Hamza pun dikirim mengikuti pelatihan bahan peledak di Pakistan.
Video yang dirilis Badan Pusat Intelijen AS (CIA) tahun 2017 yang disita selama serangan di Abbottabad menunjukkan Hamza dalam pernikahannya dengan kumis yang dipangkas dan tidak berjanggut. Foto-foto dia sebelumnya hanya menggambarkan ketika dia masih kanak-kanak.
Hamza dipercaya menikahi putri Mohamed Atta, pembajak utama dalam serangan 11 September. Ia mulai tampil dalam beberapa video dan rekaman kelompok militan pada 2015 sebagai juru bicara Al Qaeda.
”Jika Anda berpikir bahwa dosa yang Anda lakukan di Abbottabad telah berlalu tanpa hukuman, Anda salah,” kata Hamza dalam rekaman audio pertamanya.
Komite Dewan Keamanan AS yang bertanggung jawab atas sanksi yang terkait dengan Al Qaeda menyatakan bahwa Hamza merupakan ”penerus yang paling mungkin” untuk memimpin versi baru kelompok teror.
Sebuah laporan PBB yang dipublikasikan tahun lalu memperkirakan, Hamza dan Ayman al-Zawahiri yang mengambil alih kepemimpinan Al Qaeda setelah Osama tewas ”dilaporkan berada di perbatasan Afghanistan-Pakistan”.