Perusahaan internet raksasa Google, Facebook, dan Amazon menjadi sasaran tembak politisi progresif sayap kiri AS dari Partai Demokrat, Elizabeth Warren. Pada akhir pekan lalu, melalui tulisannya di Medium (medium.com), Warren menyatakan, perusahaan-perusahaan internet itu memiliki kekuasaan yang terlalu besar.
”Perusahaan-perusahaan teknologi besar saat ini memiliki terlalu banyak kekuatan, terlalu banyak kekuasaan atas ekonomi, masyarakat, serta demokrasi kita. Mereka menghancurkan kompetisi, menggunakan informasi pribadi kita untuk keuntungan,” tulis Warren dalam artikel tersebut.
Warren, senator Demokrat dari Negara Bagian Massachusetts, Amerika Serikat, bulan lalu, mendeklarasikan akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden 2020. ”Serangannya” terhadap tiga perusahaan raksasa internet tersebut merupakan bagian dari kampanye menuju 2020.
Tulisannya dipublikasikan di Medium tidak lama sebelum ia berpidato di hadapan pendukungnya di sebuah wilayah di New York City. Dalam acara ini, ia juga mengampanyekan pentingnya pengetatan regulasi agar perusahaan-perusahaan raksasa internet tidak lagi mendominasi berbagai aspek kehidupan manusia.
Menurut Warren, perusahaan-perusahaan teknologi besar AS memang menyediakan produk-produk penting bagi masyarakat, tetapi di sisi lain mereka memiliki kekuasaan besar atas kehidupan digital warga. Ia mencontohkan, hampir setengah dari semua perdagangan di internet (e-commerce) berlangsung melewati Amazon. Sementara itu, lebih dari 70 persen lalu lintas internet melewati situs yang dimiliki atau dioperasikan oleh Google atau Facebook.
Pernyataan itu tak berbeda jauh dengan laporan Newsweek tahun 2017 yang mengutip blog ”The Web Began Dying in 2014, Here’s How” karya programmer André Staltz. Disebutkan bahwa situs dan layanan yang dimiliki serta dioperasikan Facebook dan Google—seperti Whatsapp, Youtube, dan Instagram—menyumbang lebih dari 70 persen dari semua lalu lintas internet. Pada 2014, angka itu masih sekitar 50 persen.
Warren menyatakan, perusahaan-perusahaan raksasa internet bisa mencapai dominasi seperti sekarang melalui strategi merger dan kepemilikan atas platform jual beli (marketplace). Dua strategi itu sama-sama bertujuan mematikan persaingan dari perusahaan lain.
Facebook, misalnya, membeli calon pesaing potensial Instagram dan Whatsapp. Amazon menggunakan kekuatannya untuk memaksa pesaing yang lebih kecil, seperti Diapers.com, dijual dengan harga miring. Google, menurut Warren, telah mengambil alih perusahaan peta Waze dan perusahaan iklan DoubleClick. Menurut Warren, ketimbang memblokir transaksi-transaksi tersebut karena berefek negatif bagi iklim persaingan yang sehat, pemerintah malah mengizinkannya.
Terkait dengan kepemilikan marketplace, menurut Warren, perusahaan penyedia marketplace menciptakan konflik kepentingan karena bertindak sebagai penyedia tempat jual beli, sekaligus menjual produk. Kondisi ini membuat persaingan di antara penjual produk via internet menjadi tidak setara.
Menurut Warren, kondisi monopoli juga dialami AS seabad silam. Dalam artikel ”The Case Against Google” (nytimes.com) disebutkan bahwa perusahaan Standard Oil yang didirikan antara lain oleh John D Rockefeller pada 1870 membuat penemuan baru sehingga proses penyulingan dan transportasi minyak menjadi lebih murah.
Keuntungan Standard Oil—perusahaan penghasil, penyuling, pengangkut, dan penjual minyak—meningkat lewat inovasi tersebut. Di tengah kejayaannya, Standard Oil memaksa pemilik perusahaan penyulingan lain yang lebih kecil untuk menjual kepemilikan mereka ke Standard Oil atau mengalami risiko bangkrut. Kisah Standard Oil berakhir pada 1911 ketika Mahkamah Agung AS memutuskan perusahaan itu menjalankan monopoli ilegal.
Bagi Warren, hal paling penting adalah mempertahankan iklim kompetisi karena hanya dengan cara itu konsumen serta pembuat konten (content creator) bisa memiliki lebih banyak alternatif. ”Kompetisi yang sehat akan menyelesaikan banyak persoalan,” ujar Warren.
Tak diketahui respons Facebook, Google, dan Amazon atas pandangan Warren tersebut. Dilaporkan oleh AP, juru bicara Facebook, Monique Hall, mengatakan, perusahaan tidak berkomentar mengenai usulan Warren. Adapun perwakilan untuk Google dan Amazon tidak menanggapi permintaan komentar. Jadi, benarkah Google, Facebook, dan Amazon menjalankan monopoli?