LONDON, SENIN — Posisi Perdana Menteri Inggris Theresa May terus terpojok setelah para pembelot di kubu Partai Konservatif mengancam akan menolak proposal Brexit yang akan divoting parlemen Selasa (12/3/2019) ini. May dianggap gagal memperoleh konsesi dari Uni Eropa untuk mengubah backstop Irlandia Utara.
Hanya tinggal 17 hari menjelang tenggat Brexit 29 Maret, PM May masih berjuang memperoleh konsesi dari Brussels. Namun, perundingan Inggris-UE yang sudah berlangsung dari pekan lalu berakhir tanpa kemajuan.
Sejumlah pejabat UE menyatakan tak ada terobosan dalam perundingan itu. Mereka juga mengaku frustrasi dengan langkah-langkah yang dilakukan May untuk memperoleh konsesi.
”May semakin menyudutkan dirinya ke pojok. Kami benar-benar menginginkan soal ini segera berakhir karena perpanjangan masa tenggat pun sepertinya tidak akan bisa mencairkan kebuntuan ini. Kesabaran kami sudah sangat tipis,” kata seorang pejabat UE.
Juru runding UE, Michel Barnier, kemarin, menyebutkan, negosiasi untuk mengurai kebuntuan sekarang ada di tangan May dan parlemen Inggris. ”Kami telah berunding akhir pekan lalu dan negosiasi sekarang antara pemerintah dan parlemen di London,” kata Barnier di Brussels, Belgia.
Menurut Barnier, tim perundingan UE telah menawarkan apa yang mampu ditawarkan, termasuk proposal bahwa Inggris bisa meninggalkan pabean bersama UE begitu perceraian terjadi. Namun, tawaran itu tidak termasuk backstop Irlandia Utara dan hal ini membuat berang pihak Inggris.
”Masih ada harapan, tetapi saya ingin sampaikan bahwa saya sangat kecewa dengan informasi yang disampaikan UE. Saya harus pertanyakan permainan apa yang sedang UE mainkan di sana,” kata Andrea Leadsom, Ketua Parlemen Inggris.
May semakin menyudutkan dirinya ke pojok. Kami benar-benar menginginkan soal ini segera berakhir.
Backstop Irlandia Utara adalah komitmen Inggris dan UE untuk menghindari penjagaan di perbatasan Irlandia Utara dan Republik Irlandia. Jika kesepakatan perdagangan Inggris-UE belum tercapai pasca-Brexit, backstop akan diterapkan. Namun, parlemen Inggris menginginkan batas waktu masa penerapan backstop ditetapkan.
Voting parlemen
Jika pada voting Selasa usulan Brexit ditolak, ini merupakan kedua kalinya kesepakatan Brexit ditolak parlemen. Yang pertama pada Januari lalu dengan 432 suara berbanding 202 suara.
Jika ditolak, parlemen akan melanjutkan voting suara pada Rabu (13/3) untuk memilih apakah Inggris akan keluar dari UE tanpa kesepakatan. Jika opsi ini pun ditolak, parlemen akan kembali voting pada Kamis (14/3) untuk memilih apakah tenggat Brexit akan diperpanjang.
Namun, jika parlemen memilih untuk memperpanjang tenggat Brexit, kemungkinan 90 hari, masih belum jelas langkah apa yang akan dilakukan. Opsi yang tersedia masih beragam, mulai dari percepatan pemilu sampai referendum kedua.
Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt menyebutkan, nasib Brexit bisa berubah jika parlemen menolak kesepakatan yang diusulkan May. ”Kami memiliki kesempatan untuk keluar dari UE pada 29 Maret atau beberapa bulan sesudahnya. Sungguh penting kami memanfaatkan kesempatan itu karena ada upaya pihak-pihak yang ingin menghentikan Brexit,” kata Hunt kepada BBC.
Terkait kekhawatiran itu, PM May meminta agar parlemen mendukung kesepakatan Brexit. ”Jika kesepakatan didukung, Inggris akan meninggalkan Uni Eropa. Jika ditolak, tak ada yang tahu apa yang akan terjadi,” kata May.
Salah satu tokoh Brexit, Michael Gove, mengatakan, jika May kalah dalam voting di parlemen Selasa ini, ia akan kehilangan kontrol terhadap proses Brexit.