Berbekal informasi intelijen, Amerika Serikat terus memburu musuh-musuhnya hingga ke pelosok sejumlah negara di dunia. Harapan mereka, kepentingan dan keamanan daratan di AS bisa terjamin.
Namun, sebuah buku biografi yang ditulis wartawan Belanda, Bette Dam, memberikan informasi mengejutkan. Dalam bukunya, Op Zoek Naar De Vijand (Mencari Musuh), Dam menyatakan, selama ini mantan pemimpin Taliban bermata satu, Mullah Omar, tinggal bertahun-tahun di sebuah tempat yang hanya berjarak 3 mil atau 3,8 kilometer dari pangkalan militer utama AS di Provinsi Zabul, Afghanistan, bukan di Pakistan, seperti yang sering dikatakan pejabat AS.
Dam menghabiskan waktu lima tahun mewawancarai anggota Taliban untuk penulisan buku tersebut. ”Buku itu menggarisbawahi kegagalan intelijen Barat saat pejabat AS dan Taliban mengadakan pembicaraan damai untuk mengakhiri perang 17 tahun di Afghanistan,” kata Dam.
Omar dicari di AS karena menyediakan tempat yang aman bagi pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden, dalang serangan 9/11 di AS. Washington menghargai kepala Omar sebesar 10 juta dollar AS.
Omar telah meninggal pada 2013. Kematiannya sempat dirahasiakan Taliban selama dua tahun. Sebelum Omar meninggal, pasukan AS sempat menggeledah sebuah tempat tinggal pada satu kesempatan. Namun, mereka gagal menemukan tempat persembunyiannya.
Taliban di bawah kepemimpinan Omar memerintah Afghanistan dari 1996 hingga 2001. Setelah menyerahkan kepemimpinan di Taliban tahun 2001, Omar diperkirakan bertindak lebih sebagai pemimpin spiritual. Putra tertua Omar, Mohammad Yaqoob, mengatakan dalam sebuah rekaman audio yang dirilis pada September 2015 bahwa ayahnya menderita hepatitis C dan meninggal di Afghanistan.
Kedutaan Besar AS di Kabul tidak segera menanggapi permintaan komentar atas informasi yang diungkap dalam buku Dam. Haroon Chakhansuri, juru bicara Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, menyatakan ”menolak keras” buku itu. Ia menyebut informasi bahwa Omar tinggal di Afghanistan sebagai ”klaim delusi”.
”Kami memiliki cukup bukti yang menunjukkan bahwa dia (Omar) hidup dan mati di Pakistan. Titik!” tulis Chakhansuri melalui akun Twitter-nya.
Amrullah Saleh, mantan Kepala Intelijen Afghanistan yang ikut dalam pemilihan wakil presiden mendatang, juga menolak buku itu. ”Laporan investigasi yang mengklaim Mullah Omar hidup dan mati di Afghanistan tidak lain adalah propaganda yang manipulatif,” katanya.
Dam sebelumnya telah menerbitkan buku tentang Afghanistan. Saat ini ia juga menjadi dosen tamu tentang Afghanistan di Sciences Po di Paris. (REUTERS/AFP/ADH)