DUBAI, SENIN— Arab Saudi berencana memotong ekspor minyak mentahnya pada bulan April menjadi di bawah 7 juta barel per hari (bpd) sambil menjaga tingkat produksinya jauh di bawah 10 juta bpd. Merujuk pada pernyataan salah satu pejabat Arab Saudi, Senin (11/3/2019), langkah tersebut diambil Riyadh karena Arab Saudi berupaya mengatur suplai sehingga dapat menahan kemungkinan penurunan harga minyak.
Sumber di kalangan pejabat Arab Saudi itu mengungkapkan, alokasi minyak Saudi Aramco, perusahaan milik Kerajaan Arab Saudi, untuk bulan April adalah 635.000 bpd. Volume itu di bawah jumlah permintaan pelanggan, yang merupakan cerminan permintaan para penyuling dan klien pada minyak mentah Arab Saudi.
”Meskipun ada permintaan yang sangat kuat dari pelanggan internasional dengan volume lebih dari 7,6 juta bpd, pelanggan dialokasikan kurang dari 7 juta bpd,” kata pejabat itu, seraya menambahkan bahwa ekspor Saudi pada Maret juga akan berada di bawah 7 juta bpd.
Harga minyak sebelumnya telah didongkrak pada tahun ini oleh pengurangan produksi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya. Sanksi Amerika Serikat terhadap industri minyak anggota OPEC, Iran dan Venezuela, juga memperketat pasokan.
Arab Saudi berupaya mengatur suplai sehingga dapat menahan kemungkinan penurunan harga minyak.
Harga minyak Brent naik di atas 66 dollar AS per barel pada awal pekan ini, antara lain dipicu oleh komentar Menteri Perminyakan Arab Saudi Khalid al-Falih. Falih menyatakan, penghentian pemotongan pasokan yang dipimpin OPEC tidak mungkin dihentikan sebelum Juni. Selain itu, ada sebuah laporan yang menunjukkan terjadi penurunan aktivitas pengeboran minyak AS.
Seorang pejabat Arab Saudi mengungkapkan tanda-tanda korelasi antara pemotongan alokasi Aramco sebanyak 635.000 bpd dari permintaan pelanggan atas minyak mentah Arab Saudi. ”Hal itu akan menjaga produksi jauh di bawah 10 juta bpd pada bulan April,” katanya.
Dengan demikian, angka itu bakal dijaga di bawah 10,311 juta bpd atau angka target produksi yang ditetapkan Kerajaan Arab Saudi sesuai skema pengurangan produksi yang disepakati OPEC dan sejumlah negara sekutunya. OPEC, Rusia, dan produsen minyak lainnya—dikenal sebagai OPEC plus—bersepakat pada Desember tahun lalu untuk mengurangi pasokan sebesar 1,2 juta bpd sejak 1 Januari 2019. Kesepakatan tentang pengurangan pasokan ini berlaku selama enam bulan.
”Arab Saudi menunjukkan komitmen luar biasa untuk mempercepat penyeimbangan kembali pasar,” kata pejabat itu. Ia pun menambahkan, pihak kerajaan mengharapkan negara-negara OPEC plus lainnya menunjukkan tingkat kontribusi dan kesesuaian tinggi terhadap pemotongan yang disepakati itu.
Falih mengatakan, Minggu (10/3), produksi minyak pada bulan Maret ini ditetapkan sebesar 9,8 juta bpd. Sebagai negara produsen minyak terbesar di OPEC, Arab Saudi berencana mempertahankan produksi pada tingkat yang sama pada April. Sumber lain mengungkapkan bahwa produksi minyak Arab Saudi pada Februari turun menjadi 10,136 juta bpd; turun dari level 10,24 juta bpd pada Januari.
Berdasarkan data Badan Energi Internasional, ekspor minyak mentah Arab Saudi ke pasar AS melambat dalam beberapa pekan terakhir. Untuk sementara, permintaan minyak mentah Asia akan turun pada triwulan II-2019, kuartal kedua pemeliharaan kilang musiman yang akan membatasi pasokan.
Saudi Aramco, misalnya, berencana menutup kilang minyak Yanbu untuk pemeliharaan satu bulan sejak awal Maret ini. (REUTERS)