JAKARTA, Kompas —ASEAN menunggu laporan dua tim yang dikirim ke Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Temuan itu akan menjadi salah satu acuan merepatriasi warga Rohigya di pengungsian.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, ASEAN telah mengutus tim aju untuk penilai kebutuhan di Rakhine. ”Hari ini, tim akan menyelesaikan misinya di Myanmar dan kami berdua menantikan untuk mendengar pengarahan mereka,” kata Retno seusai menerima Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai, Rabu (13/2/2019) di Jakarta.
Pengiriman tim ke Rakhine diputuskan dalam KTT ASEAN di Singapura pada November 2018. Para menlu ASEAN dalam pertemuan di Chiang Mai, Thailand, pada Januari 2019 juga membahas rekomendasi itu. ASEAN mengutus tim aju untuk penilai kebutuhan dan diikuti tim tanggap darurat Awal. Tim tanggap darurat bekerja setelah tim aju selesai.
Dalam pertemuan para menlu ASEAN, disepakati ASEAN akan membantu Myanmar dalam proses repatriasi Rohingya ke Rakhine. ASEAN Humanitarian Assistance Centre akan membantu proses itu. Tugas tim aju antara lain mencari data kebutuhan dalam konteks bantuan proses repatriasi.
Proses repatriasi Rohingya dari Bangladesh disepakati Myanmar-Bangladesh pada 2017. Awalnya, repatriasi dimulai pada Desember 2018. Namun, proses itu terhambat karena warga Rohingya menolak kembali ke Rakhine. Mereka menilai Rakhine belum aman dan Myanmar tidak mau menerima mereka sebagai warga negara seutuhnya. Akibatnya, proses repatriasi terhambat.
Terpisah, kelompok militan Rohingya di Myanmar, ARSA, meminta pengungsi Rohingya di Bangladesh menghindarkan diri dari tindak kejahatan.
Sejumlah media Bangladesh menyalahkan ARSA atas sejumlah kejahatan di tempat penampungan. ARSA membenarkan ada kekerasan. Akan tetapi, ARSA membantah ada perintah dari pemimpin mereka untuk melakukan kejahatan itu.
(REUTERS/RAZ)