Alih Generasi, Tokayev Jadi Penjabat Presiden Setelah Nazarbayev Mundur
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
ASTANA, RABU — Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev (78) yang sudah berkuasa selama tiga dasawarsa, Selasa (20/3/2019), mundur di saat ekonomi negara terpuruk akibat kejatuhan harga minyak. Ketua Senat Kassym-Jomart Tokayev (66) dilantik sebagai presiden ad interim sampai dengan Pemilu 2020.
”Saya sudah mengambil keputusan yang tidak mudah. Saya mundur sebagai Presiden Kazakhstan,” kata Nazarbayev, seperti dirilis The Moscow Times.
”Kelanjutan kekuasaan diatur oleh konstitusi. Terkait dengan putusnya masa jabatan presiden ini, wewenang presiden dialihkan sementara kepada pemimpin Senat. Lalu, akan dilakukan pemilihan presiden baru,” kata Nazarbayev.
Sebelum menjadi ketua parlemen, Tokayev pernah menjabat menteri luar negeri dan perdana menteri. Ia juga pernah menjadi Wakil Sekretaris Jenderal PBB yang berkedudukan di Geneva, Swiss, antara 2011-2013.
Menurut Nazarbayev, Tokayev pernah bekerja bersama dengannya sejak hari pertama kemerdekaan dan mengenalnya secara pribadi. ”Ia memahami kebijakan dalam dan luar negeri Kazakhstan. Ia berperan dalam pengembangan dan pengesahan semua program pembangunan,” katanya.
Tokayev mulai memangku jabatan sebagai presiden ad interim setelah diambil sumpahnya di parlemen, Rabu ini. Nazarbayev meletakkan jabatannya secara sukarela dan memicu spekulasi publik.
Alih generasi
Sebagai tokoh yang memelopori kemerdekaan Kazakhstan, Nazarbayev menyadari bahwa kewajibannya kini ialah mengalihkan kepemimpinan kepada generasi muda, penerus reformasi.
”Sebagai pendiri negara merdeka, Kazakhstan, saya melihat tugas masa depan saya adalah memastikan kebangkitan generasi pemimpin baru, yang akan melanjutkan reformasi,” katanya.
Generasi muda akan ”mempertahankan negeri ini dan memperkuatnya, akan memanfaatkan semua upaya dan pengetahuannya bagi kemakmuran negeri ini,” kata Nazarbayev seperti dikutip Anadolu.
Nazarbayev naik ke posisi politik berpengaruh pada tahun 1989 sebagai Sekretaris Pertama Partai Politik Kazakhstan, saat negara itu masih merupakan bagian dari Uni Soviet. Ia lalu naik menjadi presiden setelah Kazakhstan merdeka dari Uni Soviet pada 16 Desember 1991.
Nazarbayev terus terpilih beberapa kali dalam pemilihan umum. Setiap kali pemilu, ia selalu memetik kemenangan gemilang, yakni memperoleh 80 persen lebih suara. Hasil pemilu yang selalu dimenangi pria yang kini berusia 78 tahun itu juga tak luput dari kritik dunia internasional.
Kelompok hak asasi manusia berulang kali mengecam hasil pemilu dan menilai demokrasi di Kazakhstan terus mengalami kemunduran. Sejumlah tokoh oposisi telah dibunuh dan dijebloskan ke dalam penjara selama kepemimpinan Nazarbayev. Oposan lainnya melarikan diri ke luar negeri.
Pada 2010, Nazarbayev dikukuhkan secara konstitusional sebagai ”Pemimpin Bangsa” oleh parlemen. Tahun lalu, parlemen memperkuat status Nazarbayev sebagai pemimpin besar.
Kazakhstan, negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tengah yang telah menyaksikan pertumbuhan ekonomi dalam dua digit, kini telah terpuruk. Setidaknya sejak kejatuhan harga minyak dunia sejak 2014. Kazakhstan juga terkena dampak krisis ekonomi di Rusia, yang menyebabkan terjadinya devalusi mata uang dan inflasi yang tinggi di dalam negeri.
Minyak menyumbang sekitar seperempat dari produk domestik bruto (PDB) Kazakhstan dan sebagian besar pendapatan anggarannya. Selain menjadi produsen uranium terbesar di dunia, Kazakhstan juga kaya akan mangan, besi, kromium, dan batubara.
Di saat pertumbuhan ekonomi meningkat tajam hingga dua digit, banyak warga Kazakhstan—seperti juga dengan negara Asia Tengah dan Kaukasus lainnya—pergi ke Suriah dan bergabung dengan kelompok ekstrem dan radikal Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Namun, untuk membersihkan dirinya dari kecaman internasional terkait masalah tersebut, Astana pun mengajukan diri sebagai mediator internasional dan upaya perdamaian di Suriah, yang dimulai sejak tahun 2017.
Kazakhstan menjadi tuan rumah perundingan damai Suriah, disponsori Rusia dan Iran sebagai pendukung rezim Suriah Bashar al-Assad, dan oposisi pendukung Turki. Kini, tugas berat bagi Tokayev adalah memulihkan ekonomi negara dan mempersiapkan pemilu tahun depan yang diharapkan memberikan kekuasaan kepada generasi muda. (AFP/REUTERS/AP)