CHRISTCHURCH, MINGGUPuluhan ribu orang memenuhi Taman Hagley yang berada di dekat Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru, Minggu (24/3/2019) malam, untuk mengenang 50 warga Muslim yang tewas dalam serangan teroris di kota itu, 15 Maret lalu.
Otoritas setempat memperkirakan, sekitar 40.000 orang hadir malam itu. Salah satu korban yang terluka, Mustofa Boztas (21), yang tertembak di kaki dan perutnya, mengikuti acara itu dari atas kursi roda.
”Sungguh indah menyaksikan bagaimana negeri ini menunjukkan kepeduliannya dan menunjukkan pada dunia bahwa kami bersatu,” kata Boztas.
Dalam acara itu, nama 50 korban yang tewas dibacakan. Okirano Tilaia, ketua siswa di SMA Cashmere, yang kehilangan dua muridnya, mengutip pernyataan Martin Luther King Jr. ”Kegelapan tak bisa diusir dengan kegelapan. Hanya cahaya yang mampu. Kebencian tak bisa dihapus dengan kebencian. Hanya cinta kasih yang mampu,” kata Tilaia.
Farid Ahmed—yang berhasil lolos dari tragedi, tetapi istrinya, Husna, terbunuh—mengucapkan terima kasih kepada tetangga-tetangganya. Ia mendatangi satu per satu rumah di sekitar kediamannya. ”Saya merasakan dukungan yang luar biasa, ekspresi kasih sayang, dan saya ingin menyampaikan pada mereka bahwa saya juga mencintai mereka,” kata Ahmed.
Selandia Baru telah melaksanakan serangkaian upacara peringatan sejak serangan teroris terjadi. Jumat (22/3), Perdana Menteri Jacinda Ardern beserta ribuan warga Selandia Baru menghadiri shalat Jumat yang disiarkan langsung ke seluruh negeri.
Dalam kesempatan itu, warga perempuan non-Muslim menyerahkan bantuan kerudung, sedangkan warga Maori me- mentaskan tarian tradisional haka. Publik Selandia Baru juga mengumpulkan donasi yang sampai kemarin mencapai total 7,4 juta dollar AS.
Ardern, yang kepemimpinannya dalam menangani tragedi Christchurch dipuji di dalam dan luar negeri, menyatakan akan melakukan upacara berkabung nasional pada 29 Maret. ”Sejak serangan teror terjadi, curahan kesedihan dan kasih sayang terus berlangsung di negeri ini.
Upacara perkabungan merupakan kesempatan kembali bagi kita untuk menunjukkan kepada dunia bahwa rakyat Selandia Baru itu penuh belas kasih, inklusif, beragam, dan kita akan terus melindungi nilai-nilai itu,” kata Ardern.
Unjuk rasa
Ribuan orang berunjuk rasa di kota-kota di Selandia Baru, Minggu pagi, memprotes rasisme dan mengenang tragedi penembakan di Christchurch.
Mereka membawa poster-poster yang bertuliskan ”jiwa para migran berarti”, ”pengungsi diterima di sini”. Aksi penembakan dilakukan Brenton Tarrant (28), warga Australia penganut paham supremasi kulit putih. Ia menembaki para jemaah di Masjid Al Noor dan kemudian di Masjid Linwood, yang jaraknya beberapa kilometer dari Al Noor.
Tarrant merekam dan menyiarkan secara langsung aksi terornya. Ia sudah dikenai dakwaan pembunuhan di pengadilan setempat.
Pekan lalu, Selandia Baru langsung bergerak cepat dengan menerapkan undang-undang yang memperketat kepemilikan senjata api, antara lain melarang senapan semiotomatis. (AP/AFP/REUTERS/MYR)