JALUR GAZA, RABU — Gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang dimediasi Mesir terancam bubar menyusul ditembakannya tiga roket dari Jalur Gaza ke arah Israel sepanjang Selasa (26/3/2019) malam hingga Rabu (27/3) dini hari. Serangan ini ditanggapi Israel dengan serangan udara yang menghancurkan kamp militer Hamas.
Sebelumnya, Hamas menyatakan, gencatan senjata yang dimediasi Mesir telah dicapai, Senin malam. Ketegangan pun mulai mereda. Namun, Selasa sore, ketegangan kembali meningkat seiring serangan roket ke wilayah Israel.
Serangan tiga roket itu terjadi setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menghadapi pemilu 9 April nanti menyatakan siap melakukan aksi militer lanjutan.
Ketegangan di Jalur Gaza bermula ketika Senin lalu sebuah roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza mengenai rumah warga di utara Tel Aviv dan melukai tujuh warga Israel. Senin malam, Israel membalas dengan melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza. Kantor pimpinan Hamas Ismail Haniyah hancur dan beberapa orang terluka.
Namun, Israel menyatakan pada Selasa sore bahwa roket dari Jalur Gaza kembali ditembakkan ke arah Israel. Militer Israel pun membalas. Dalam pernyataannya, militer Israel mengatakan, ”pesawat tempur berhasil menembak sejumlah target di selatan Jalur Gaza, termasuk kamp militer Hamas dan gudang senjata di Khan Yunis”. Sumber di militer Palestina mengatakan, serangan Israel mengenai markas militer di Khan Yunis, selatan Gaza.
Menjelang Selasa tengah malam, militer Israel melaporkan adanya serangan roket kedua yang kali ini mengenai kawasan industri di pinggiran kota pesisir Ashkelon. Hamas, Jihad Islami, dan faksi lain yang lebih kecil berusaha keras untuk menghindari konflik terbuka dengan Israel.
Rabu dini hari, Israel kembali membalas serangan. ”Jet tempur menyerang beberapa target di selatan Jalur Gaza kamp militer Hamas di Rafah,” demikian pernyataan militer Israel.
Sebelum fajar terbit, sebuah roket kembali ditembakkan ke Ashkelon, tetapi berhasil dirontokkan oleh pertahanan udara Israel.
Bersiap
Netanyahu yang memperpendek kunjungannya ke Amerika Serikat mengatakan, Israel telah bersiap bertindak lebih. Menurut dia, Israel akan melakukan apa pun untuk melindungi warganya.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Letnan Jenderal Aviv Kohavi memerintahkan penambahan pasukan di perbatasan selatan. ”Tidak ada kesepakatan gencatan senjata, pertempuran bisa mulai lagi kapan pun,” kata seorang pejabat senior Israel.
Berkaca dari pengalaman konflik terdahulu yang dimediasi Mesir, Israel juga membantah kesepakatan gencatan senjata yang sudah dicapai.
Juru bicara Hamas menyebutkan, Jalur Gaza berada di bawah agresi Israel dalam dua hari terakhir. Gerakan Hamas memperjuangkan haknya untuk membela warga Palestina.
”Roket yang menghantam kota Ashkelon diluncurkan oleh personal dan faksi-faksi tetap berkomitmen untuk tenang sepanjang Israel juga tunduk pada kesepakatan,” demikian pernyataan bersama faksi-faksi di Palestina.
Mesir diharapkan terus mendorong pembicaraan gencatan senjata dengan Israel. Dengan semakin dekatnya hari pemilihan, Netanyahu diyakini ingin menghindari konsekuensi tak terduga yang muncul dari ketegangan dengan Hamas, yaitu pecahnya perang keempat sejak 2008. Namun, ia mendapat tekanan politik yang kuat dari dalam negeri.
”Netanyahu sedang berusaha menunjukkan dirinya sebagai pahlawan di hadapan warganya. Karena itulah, ia menyangkal kesepakatan yang sudah dicapai dengan Mesir,” kata pejabat Jihad Islami, Khader Habib. (REUTERS/AFP)