DUBAI, SENIN— Saudi Aramco, perusahaan minyak terbesar di dunia milik Kerajaan Arab Saudi, berhasil membukukan laba sebelum pajak senilai 224 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.389 triliun sepanjang tahun lalu. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings, Senin (1/4/2019), memberikan peringkat kredit A+ dengan status stabil di tengah persiapan perseroan menerbitkan surat utang perusahaan guna membantu membiayai pembelian saham mayoritas perusahaan petrokimia Saudi, SABIC.
Ini adalah pertama kali kinerja keuangan perseroan Saudi Aramco dipublikasikan. Selain publikasi kinerja keuangan perseroan, Fitch juga mengatakan, berdasarkan informasi dari Aramco, rencana penjualan hingga 5 persen saham Aramco melalui penawaran saham perdana (IPO) masih berlaku dan kemungkinan akan berlangsung pada 2021.
Kamis pekan lalu, Aramco mengatakan telah membeli 70 persen saham di SABIC senilai 69,1 miliar dollar AS. Pembelian itu secara efektif menggabungkan dua perusahaan terbesar kerajaan itu.
Hasilnya, Aramco membuka rekeningnya untuk pertama kalinya sejak nasionalisasi lebih dari 40 tahun lalu, termasuk dengan memberikan akses ke lembaga pemeringkat internasional, yakni Fitch dan Moody’s Investors Service.
Moody’s Investors Service memberikan peringkat di level A1 kepada Aramco dan mengatakan Aramco melaporkan pendapatan senilai 355,9 miliar dollar AS dan laba bersih senilai 111,1 miliar dollar AS sepanjang tahun lalu. Moody’s juga mengatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki kas senilai 48,8 miliar dollar AS dan utang senilai 27 miliar dollar AS.
Penggabungan Aramco dan SABIC plus rencana IPO Aramco adalah kelanjutan dari program reformasi ambisius Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS). Pangeran MBS bertujuan mendiversifikasi ekonomi Kerajaan Saudi di luar sektor tambang.
Aramco memperkirakan cadangan minyaknya mencapai 227 miliar barel dan total cadangan hidrokarbon sebanyak 257 miliar barel setara minyak, sama dengan masa cadangan selama 52 tahun.
Fitch memberikan peringkat kredit A+ kepada Aramco karena sebagian besar pendapatan perusahaan diambil oleh Pemerintah Saudi. Sekitar 70 persen pendapatan Pemerintah Saudi bergantung pada Aramco, diproyeksikan nilainya mencapai sebesar 260 miliar dollar AS.
Berdasarkan kinerja keuangan, cadangan hidrokarbon besar-besaran dan biaya produksi yang rendah, peringkatnya bisa berada di peringkat teratas AA+ sejajar dengan perusahaan minyak internasional.
Fitch mengharapkan Aramco, yang memiliki banyak arus kas dan utang rendah itu, membiayai kesepakatan SABIC terutama melalui arus kasnya. ”Saudi Aramco adalah penghasil minyak terbesar dunia berdasarkan volume, satu-satunya penghasil minyak di Arab Saudi, dan penjaga cadangan besar kerajaan,” kata Fitch.
Aramco memperkirakan cadangan minyaknya mencapai 227 miliar barel dan total cadangan hidrokarbon sebanyak 257 miliar barel setara minyak. Dua hal itu sama dengan masa cadangan selama 52 tahun. Menurut Fitch, hal itu adalah level yang relatif bagus untuk standar internasional.
Menurut proyeksi Fitch, utang Aramco akan naik dari sekitar 15 miliar dollar AS menjadi sekitar 35 miliar dollar AS pada tahun 2021. Fitch juga menyatakan, akuisisi Aramco terhadap SABIC, produsen bahan kimia terbesar keempat di dunia, cocok dengan strategi integrasi vertikal perusahaan. Hal itu dinilai bakal membantu mendiversifikasi pendapatan perseroan sambil memiliki dampak terbatas terhadap utang Aramco.