AS Tetapkan Garda Revolusi Iran sebagai Organisasi Teroris
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
WASHINGTON, SENIN — Amerika Serikat menetapkan Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC), pasukan elite Iran, sebagai organisasi teroris asing, Senin (8/4/2019). Baru kali ini AS secara formal mendeklarasikan militer pemerintahan lain sebagai kelompok teroris. Tindakan Washington langsung dibalas Teheran, yang juga menyatakan bahwa pasukan militer AS sebagai "organisasi teroris".
"Langkah yang tidak pernah dilakukan sebelumnya ini, digalang oleh Departemen Luar Negeri, mengakui kenyataan bahwa Iran bukan hanya negara sponsor terorisme, tetapi bahwa IRGC secara aktif berperan dalam, membiayai dan mendukung terorisme sebagai alat negara," kata Presiden AS Donald Trump saat mengumumkan langkah pemerintahannya.
Keputusan AS itu akan mulai diberlakukan pada 15 April mendatang. Televisi pemerintah Iran melaporkan, menanggapi langkah Washington, Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran membalas dengan menyatakan bahwa pasukan militer AS sebagai "organisasi teroris".
"Pangkalan-pangkalan militer AS dan pasukan militer mereka di kawasan akan dianggap sebagai pangkalan-pangkalan teroris yang bakal ditangani dan dihadapi sesuai dengan hal itu," kata Abbas Araqchi, Wakil Menteri Luar Negeri Iran, kepada televisi pemerintah Iran.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyatakan, penetapan IRGC sebagai organisasi teroris dimaksudkan untuk memperbesar tekanan pada Iran, mengisolasi negara itu lebih dalam, dan mengalihkan sebagian sumber keuangan yang digunakan untuk mendanai terorisme dan aktivitas kelompok militan di Timur Tengah dan sekitarnya.
Pemerintahan Trump telah meningkatkan retorika terhadap Iran selama berbulan-bulan. Rencana ini menandai langkah pertama yang diambil.
Saat ini, terdapat 60 kelompok yang dikategorikan AS sebagai ”organisasi teroris asing” antara lain Al Qaeda, Negara Islam di Irak dan Suriah, serta Hezbollah. Namun, di antara semuanya tidak ada yang merupakan kelompok militer negara seperti Garda Revolusi.
Para pejabat yang memberikan informasi soal rencana ini menyebutkan, pengumuman dilakukan Senin (8/4/2019). Dua pejabat AS dan seorang pembantu kongres mengonfirmasi rencana tersebut.
Penyebutan Garda Revolusi sebagai organisasi teroris akan dibarengi dengan pemberlakuan sanksi, termasuk membekukan aset yang dimiliki anggota Garda Revolusi yang mungkin terdapat di AS dan larangan bagi warga AS berbisnis atau menyediakan dukungan materi untuk aktivitas mereka.
Dengan penyebutan ini, maka pasukan dan diplomat AS dilarang melakukan kontak dengan otoritas Irak dan Lebanon yang dekat dengan Garda Revolusi.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan penasihat keamanan nasional, John Bolton, telah berbicara tentang Iran dengan lantang dan ”aktivitasnya” di kawasan. Pompeo mengatakan, tekanan terhadap Teheran akan terus meningkat sampai mereka mengubah perilakunya.
Dengan mengutip informasi Departemen Pertahanan AS, minggu lalu, Utusan Khusus Pompeo untuk Iran, Brian Hook, menuduh Iran bertanggung jawab atas tewasnya 608 tentara AS di Irak tahun 2003-2011.
Pengaruh
Garda Revolusi memiliki kontrol dan pengaruh yang luas dalam perekonomian Iran. Dampak sanksi dari AS kemungkinan tidak terlalu besar. Selain itu, penyebutan mereka sebagai organisasi teroris berpotensi membingungkan militer dan diplomat AS yang bekerja di Irak yang mana banyak milisi Syiah dan partai politik Irak memiliki hubungan erat dengan Garda Revolusi. Begitu juga di Lebanon di mana Garda Revolusi mempunyai kedekatan dengan Hezbollah yang merupakan bagian dari Pemerintah Lebanon.
Dengan penyebutan ini, maka pasukan dan diplomat AS dilarang melakukan kontak dengan otoritas Irak dan Lebanon yang dekat dengan Garda Revolusi.
Dalam pernyataannya di Twitter yang ditujukan kepada Presiden Donald Trump, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan, Trump ”seharusnya mengetahui lebih baik daripada tertipu oleh bencana lain”.
Pentagon dan badan intelijen AS menyuarakan keprihatinan akan dampak yang muncul dari penyebutan ini apabila itu berarti—termasuk—larangan berhubungan dengan pejabat asing yang mungkin menjalin komunikasi dengan Garda Revolusi.
Seorang komandan Amerika yang tak ingin disebutkan namanya prihatin, penyebutan itu akan memicu pembalasan dari Iran terhadap pasukan AS di kawasan. Saat ini di Irak terdapat 5.200 tentara AS, dan di Suriah sekitar 2.000 tentara. Di luar itu, ada armada ke-5 yang berbasis di Bahrain dan Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar. Peringatan serupa juga datang dari Departemen Luar Negeri AS yang menyatakan, pembalasan Iran bisa saja dilakukan terhadap kepentingan AS, termasuk kedutaan besar dan konsulat, serta memunculkan protes anti-Amerika.
Terlepas dari risiko yang mungkin terjadi dari penyebutan itu, sejumlah senator di AS telah lama memperjuangkan hal ini. Mereka menyebut, hal itu akan memberikan pesan penting dan pukulan lebih lanjut kepada Iran seusai Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Iran.
(AP/REUTERS/SAM)
------
Artikel ini telah diperbarui dari versi edisi cetak pada hari Selasa, 9 April 2019, pukul 11.30 WIB, dengan menambahkan berita pengumuman resmi Presiden AS Donald Trump yang menyatakan Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) sebagai organisasi teroris, dan respons Iran. -- Redaksi