LONDON, JUMAT— Tokoh kunci di Partai Buruh yang merupakan oposisi di Inggris mengatakan, Pemerintah Inggris harus menentang ekstradisi pendiri Wikileaks, Julian Assange, ke Amerika Serikat yang dituduh membobol komputer Pentagon. Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn mengatakan dalam Twitter, AS berusaha mengekstradisi Assange karena dia membeberkan ”bukti kekejaman di Irak dan Afghanistan”.
Juru bicara Partai Buruh untuk urusan domestik, Diane Abbott, mengatakan, Pemerintah Inggris harus memblokade ekstradisi dengan alasan hak asasi manusia. Menurut dia, kasus AS dan Assange adalah tentang ”rasa malu atas apa yang dia ungkap tentang militer dan keamanan AS”.
Dalam jumpa pers di Geneva, kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mendesak penegak hukum memastikan Assange—sekarang ditahan di Inggris dan diminta AS untuk diekstradisi—mendapat pengadilan yang adil.
Jaksa penuntut AS menuduh Assange bekerja sama dengan Chelsea Manning, analis intelijen, meretas komputer Pentagon untuk mengambil dokumen rahasia. Pada Maret 2018 Assange dinyatakan bersalah oleh tim juri di pengadilan Virginia, AS.
Australia
Sementara itu, dari Brisbane, kontributor Kompas, Harry Bhaskara, melaporkan, Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne telah mendapat informasi bahwa Pemerintah Inggris tidak akan mengekstradisi Assange apabila dia diancam hukuman mati untuk tuduhan yang berbeda.
Pemerintah Australia tidak memberikan perlakuan khusus bagi Assange. ”Dia mendapat bantuan konsuler seperti yang dia harapkan, tetapi dia harus mengikuti proses hukum dan taat pada sistem peradilan di sana. Dia akan diperlakukan sama seperti warga Australia lainnya,” kata Perdana Menteri Australia Scott Morrison seperti dikutip surat kabar Morning Herald, Jumat (12/4/2019).
Kebebasan pers
Penangkapan Assange ditentang banyak kalangan. Penangkapan itu dinilai sebagai ancaman terhadap kebebasan berekspresi dan pers. Peristiwa itu dikhawatirkan menjadi awal bagi pemerintah mengejar dan menangkap para pekerja media atau jurnalis.
”Para kritikus Assange mungkin bersorak. Namun, ini adalah saat gelap bagi kebebasan pers,” kata Edward Snowden, mantan pegawai Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat (CIA), yang pada 2013 membocorkan informasi rahasia tentang program Badan Keamanan Nasional AS (NSA). Snowden kini berada di Moskwa dan mendapat suaka.