Kim Jong Un Keluhkan Cara Trump Mewujudkan Denuklirisasi
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
PYONGYANG, SABTU — Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mendesak Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengubah caranya menindaklanjuti kesepakatan perdamaian dan denuklirisasi di Semenanjung Korea yang diumumkan bersama pada pertemuan pertama mereka di Singapura, Juni 2018. Kim bersedia menunggu usulan tindak lanjut Trump hingga akhir 2019.
Kim juga menyatakan bersedia bertemu untuk ketiga kalinya dengan Trump hanya apabila AS menanggapi kepentingan kedua negara dan tidak bertindak secara unilateral.
”AS semakin meningkatkan sikap permusuhannya terhadap kami. Padahal, mereka menyarankan penyelesaian masalah melalui dialog. Tindakan itu bodoh dan berbahaya. Untuk mengimplementasikan pernyataan yang kita umumkan bersama, 12 Juni lalu, kedua negara perlu menyingkirkan permintaan unilateral mereka dan mencari solusi yang memenuhi kepentingan masing-masing,” tutur Kim, seperti dikutip kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA), Sabtu (13/4/2019).
Pada pertemuan Trump dan Kim di Hanoi, Vietnam, akhir Februari 2019, kedua pihak gagal mencapai kesepakatan. Kim menuntut agar AS mencabut sanksi internasional utama yang dikenakan terhadap Korut, yang merugikannya secara ekonomi. Sebagai imbalan, Korut bersedia untuk membongkar atau memberhentikan sebagian program nuklinya. Namun, permintaan itu ditolak oleh Trump.
”Sekarang, AS menyatakan rencana kemungkinan digelarnya pertemuan Korut-AS ketiga dan penyelesaian masalah melalui dialog. Namun, AS masih menolak untuk menarik politik luar negerinya yang bermusuhan dan salah menilai bahwa tekanannya dapat membuat kita berlutut,” lanjutnya.
Kim menyebutkan, ”Tentu kami mengedepankan penyelesaian masalah melalui dialog dan negosiasi. Namun, dialog gaya AS yang menuntut permintaannya secara sepihak tidak sesuai dengan konstitusi kami. Dan kami tidak tertarik.”
Bagi Kim Dong-yup, pengamat dari Kyungnam University, pernyataan Kim itu menunjukkan niatnya untuk tidak bergantung pada dialog dengan AS selamanya. ”Mungkin Korut berencana untuk mendiversifikasikan hubungan diplomatiknya dengan negara lain,” ujarnya.
Pertemuan ketiga Korut-AS
Kamis (11/4/2019), Trump mengumumkan, dirinya sedang mempertimbangkan pertemuan ketiga dengan Kim. ”Saya menikmati pertemuan dengan Kim Jong Un. Kim Jong Un adalah orang yang saya kenal baik dan hormati. Saya percaya, dalam periode waktu tertentu, banyak hal luar biasa yang akan terjadi. Saya pikir, Korut memiliki potensi luar biasa,” ujarnya, tanpa memberikan tanggal kapan pertemuan itu kemungkinan digelar.
Bagi Trump, sanksi terhadap Korut masih harus tetap diberlakukan. Namun, ia menentang penerapan sanksi yang lebih ketat.
Pada Kamis itu juga, Trump bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dalam rangka menghidupkan kembali perundingan mengenai upaya denuklirisasi di Semenanjung Korea yang menemui titik buntu.
”Moon Jae-in berupaya untuk menghidupkan proses perundingan itu kembali. Ia sangat kecewa dengan pertemuan Trump dan Kim Jong Un di Hanoi. Ia kemungkinan akan membujuk Trump dengan menjelaskan bahwa hubungan Trump dan Kim merupakan peluang bersejarah untuk membangun perdamaian di Semenanjung Korea,” tutur mantan analisis Badan Intelijen Pusat AS (CIA), Jung Pak, seperti dikutip Financial Times.
”AS sekarang berbicara tentang pertemuan Korut-AS ketiga. Namun, kita tidak tertarik apabila pertemuan itu berlangsung seperti yang terjadi di Hanoi, Februari lalu. Apabila AS mengadopsi sikap yang benar dan metodologi yang bisa kami terima, kita dapat mempertimbangkan untuk mengadakan pembicaraan lagi,” lanjut Kim Jong Un.
Bagi Kim, saat pertemuan di Hanoi itu, AS belum siap bertatapan langsung dengan Korut untuk mengatasi masalah di Semenanjung Korea. Arah dan metodologinya pun dianggap tidak jelas.
Meskipun demikian, Kim sepakat dengan Trump bahwa hubungan pribadi di antara mereka tidak bermusuhan seperti yang terjadi dengan hubungan di antara kedua negara mereka. ”Kami masih mempertahankan hubungan baik. Kami bisa bertukar surat dan menanyakan kesehatan masing-masing kapan saja,” lanjutnya.
Ia juga menekankan niat Pemerintah Korut untuk mengembangkan hubungan bersahabat dan kerja sama dengan semua negara yang menghormati kedaulatan Korut, ramah terhadapnya, dan bergandeng tangan dengan pasukan perdamaian dunia demi membangun perdamaian berkelanjutan di Semenanjung Korea. (AFP/REUTERS)