Inggris dan Malaysia bukan hanya sama-sama anggota negara-negara Persemakmuran. Negara yang pernah terhubung sebagai penjajah
dan wilayah terjajah itu punya kesamaan: sebagian warganya jengkel selepas memberi suara.
Orang-orang Inggris menyesali pilihan mereka menyetujui Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit. Pengusaha bernama Aaron Banks termasuk yang menyesali pilihan itu. Banks bukan hanya memilih Brexit. Ia mengucurkan 8 juta poundsterling untuk mendanai kampanye mendukung Brexit menjelang referendum Juni 2016.
Kampanye yang didanai Banks menawarkan aneka janji manis agar pemilih mendukung Brexit. Seperti dikutip media Inggris, The Independent, hanya dalam hitungan bulan setelah referendum, Banks menyesali Brexit. Segala hal yang pernah dijanjikan soal Brexit tidak pernah terwujud. Perekonomian Inggris dilanda ketidakpastian dan kinerjanya merosot.
Banks tidak sendiri. Jutaan orang Inggris yang terbuai janji manis sehingga mendukung Brexit pun akhirnya menyesal.
Cerita dari Malaysia
Hal serupa juga bisa ditemui di Malaysia yang Mei tahun lalu menggelar pemilu. ”Kami tahu banyak janji kampanye mustahil sekali diwujudkan. Namun, pemilih sudah menentukan. Hasilnya, sudah terbukti hampir setahun ini,” kata Azhan Shah, pensiunan di Selangor.
”Dulu dijanjikan harga-harga akan turun. Faktanya, harganya yang ada tidak turun, malah sebagian naik,” ujar Azhan.
Ia juga mencontohkan tarif tol penghubung kawasan Putra Perdana di Selangor dan Kuala Lumpur. Untuk mobil kelompok pertama, tarifnya tetap 3,5 ringgit. ”Saya tidak tahu, apa yang dilakukan mereka di Putra Jaya (kantor pemerintah pusat Malaysia),” ujarnya.
”Kami dengar sekarang Indonesia pun sedang pemilu. Kita bertetangga, belajarlah dari kami. Periksa baik-baik janji politisi. Janji kampanye mereka kadang terlalu bagus untuk diwujudkan di dunia nyata. Kita salah kalau mau saja percaya pada mereka,” kata Safuan Azis, warga Selangor lainnya.
Azhan pun berpendapat senada. ”Berpikirlah secara jernih, tugas politisi memang berjanji. Timbang baik-baik, mana saja janji yang terlalu tinggi dan sulit diwujudkan,” tuturnya.
Ia tahu, perekonomian Malaysia terdampak oleh kondisi perekonomian global. Karena itu, ia sebenarnya meragukan janji politisi untuk menurunkan aneka harga dan menaikkan penghasilan. ”Kami akui, sebagai warga dan pemilih, kami ikut bersalah. Kami tidak mempertanyakan bagaimana janji itu akan diwujudkan. Kami terima saja dan memilihnya di pemilu,” ujar Azhan.