Hampir 600 bendungan direncanakan dibangun di kaki Hindu Kush Himalaya dalam beberapa tahun ke depan. Selain untuk irigasi, dam-dam itu bisa menghasilkan listrik hingga 239.000 megawatt.
Bhutan, China, India, Nepal, dan Pakistan paling banyak membangun sebagian besar dari ratusan bendungan itu. Laos, Myanmar, Vietnam, dan Thailand yang dilewati Mekong-Irrawady serta anak- anaknya juga akan membangun sejumlah dam di sungai- sungai yang berhulu di gletser-gletser Hindu Kush Himalaya.
China dan India paling sengit beradu cepat membangun bendungan-bendungan itu. Peneliti pada Akademi Ilmu Pengetahuan China di Kunming, Ed Grumbine, lewat makalah yang diterbitkan di jurnal Science pada Januari 2013 menyebut, kaki Himalaya akan menjadi wilayah paling banyak dibendung di Bumi ini.
Dalam makalah yang ditulis bersama peneliti National University of Singapore, Maharaj K Pandit, dan berjudul ”Threats from India’s Himayala Dams” itu disebutkan, India membangun 292 dam.
Sementara The Guardian menyebut, China berencana membangun hingga 100 dam. Apabila proyek-proyek itu selesai, di kaki Himalaya di wilayah India akan terdapat rata-rata satu bendungan pada setiap 32 kilometer.
Grumbine dan Pandit menyebut, proyek-proyek itu membawa ancaman serius bagi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Hingga 90 persen dari lereng Himalaya akan terdampak proyek dan 27 persen proyek bendungan itu akan memangkas hutan dengan keanekaragaman hayati endemik.
Tim peneliti pimpinan Grumbine dan Pandit memperkirakan 170.000 hektar hutan musnah akibat proyek dam di India saja. Proyek itu juga menyebabkan setidaknya 22 jenis tumbuhan dan 7 spesies hewan akan musnah gara- gara proyek itu. Keragaman ikan di sungai-sungai itu pun berkurang. Akibatnya, nelayan setempat bisa kekurangan penghasilan.
Konflik
Selain isu lingkungan, kondisi geografis membuat dam- dam China paling diuntungkan karena mendapat air lebih dulu. Bendungan-bendungan Pakistan, Bangladesh, dan Thailand paling sial karena mendekati hilir.
Sejumlah pihak khawatir, persoalan pengaturan air di ratusan dam itu akan memicu konflik antarnegara. Pengaturan akan semakin sulit apabila airnya sedikit.
Selain antarnegara, konflik di dalam negara juga terjadi gara-gara proyek dam. Penyebab utamanya adalah penggusuran warga terdampak proyek bendungan. Di India dan Tibet, berbagai unjuk rasa berlangsung gara-gara proyek itu.
Di India, unjuk rasa bolak-balik terjadi di Uttarakhand, Himachal Pradesh, Sikkim, Assam, dan wilayah-wilayah India utara. Guru besar GD Agarwal yang mengajar di Institut Teknik Roorkee di Uttarakhand aktif menolak sejumlah proyek dam tersebut.
Ia meninggal pada Oktober 2018 setelah mogok makan sejak Juni 2018 memprotes proyek-proyek dam tersebut.Ini bukan perkara mudah. Isu sumber daya dan energi akan menguras perhatian. (AFP/AP/RAZ)