Moskwa, Senin Sedikitnya 41 orang tewas dalam kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 ketika pesawat itu melakukan pendaratan darurat di Bandara Sheremetyevo, Moskwa, Minggu (5/5/2019) malam.
Meski demikian, Pemerintah Rusia kemarin menegaskan tidak akan menghentikan operasi Sukhoi. Sejumlah kemungkinan penyebab kecelakaan ataupun alasan mengapa pendaratan berlangsung sangat buruk kini sedang diselidiki. Kemungkinannya adalah akibat kesalahan manusia, kesalahan teknis, atau cuaca buruk.
Sewaktu melakukan pendaratan darurat, ekor pesawat menghantam landasan bandara dengan keras sehingga menimbulkan percikan api yang dengan cepat membakar badan pesawat. Penumpang kemudian keluar pesawat melalui pintu darurat, tetapi tidak semuanya berhasil lolos dengan selamat.
Pesawat SU 1492 yang akan berangkat dari Moskwa ke kota Murmansk itu lepas landas tanpa masalah, tetapi 30 menit kemudian pilot pesawat menginformasikan bahwa terjadi anomali dalam sistem pesawat. Pesawat lantas berputar-putar sebanyak dua kali sebelum kemudian memutuskan kembali ke bandara di Moskwa dan melakukan pendaratan darurat.
Menurut sejumlah saksi mata yang dikutip kantor berita Interfax, pesawat itu baru bisa melakukan pendaratan darurat pada upaya yang kedua kali akibat kegagalan sistem elektronik pesawat. Pendaratan berlangsung sangat keras, mengakibatkan serpihan dari badan pesawat beterbangan dan kemudian menimbulkan percikan api.
Menurut juru bicara Komite Penyidik Rusia, Svetlana Petrenko, dari 78 penumpang (lima di antaranya kru pesawat), hanya 37 orang yang selamat, sementara 41 orang tewas. Dari 37 orang itu, 6 orang di antaranya menderita luka-luka serius.
Pers lokal mengutip sejumlah penumpang yang menceritakan bahwa penyebab kerusakan teknis pesawat adalah cuaca buruk dan petir. ”Ketika lepas landas, petir menyambar pesawat,” kata Pyotr Egorov kepada harian Komsomolskaya Pravda.
Indonesia
Pesawat naas itu diproduksi tahun 2017 dan sudah diservis pada April lalu.
Sukhoi Superjet 100 merupakan pesawat penumpang sipil pertama yang diproduksi pasca-era Uni Soviet. Pemerintah Rusia berkeinginan agar Aeroflot membeli lebih banyak Sukhoi Superjet untuk mendukung industri pesawat sipil. Saat ini Aeroflot memiliki 50 Superjet yang digunakan untuk penerbangan domestik ataupun internasional.
Sukhoi Superjet mengalami kecelakaan di Indonesia pada 9 Mei 2012 yang menewaskan seluruh 45 penumpangnya.
Pesawat yang berangkat dari Halim Perdanakusma untuk melakukan penerbangan demonstrasi itu hancur berkeping-keping setelah menabrak tebing di kawasan Gunung Salak yang memiliki kemiringan 80 derajat.