Kim Perintahkan Militer Siap, AS Tetap Membuka Opsi Negosiasi
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SEOUL, JUMAT – Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memerintahkan militernya untuk meningkatkan kemampuan serangannya di saat ketegangan di Semenanjung Korea meningkat. Menurut media milik pemerintah Korea Utara, Jumat (10/5/2019), hal itu disampaikan Kim saat memberikan arahan pada uji coba rudal.
Seruan Kim Jong Un untuk "siap tempur" itu keluar menyusul penangkapan kapal kargo besar milik Korea Utara yang dituduh melakukan pengiriman batubara dan melanggar sanksi PBB oleh Amerika Serikat.
Ketegangan yang meningkat di Semenanjung Korea itu adalah buntut dari buntunya dua pertemuan puncak Kim dengan Presiden Donald Trump. Washington menuntut perlucutan lengkap senjata nuklir oleh Pyongyang. Sementara Pyongyang menghendaki adanya pencabutan sanksi atas moratorium uji coba rudalnya yang mereka lakukan sejak akhir 2017.
"(Kim) menekankan perlunya meningkatkan kemampuan unit-unit pertahanan di daerah terdepan dan di front Barat untuk melakukan tugas-tugas tempur mengatasi keadaan darurat," lapor kantor berita KCNA.
Kim menyebut "perdamaian dan keamanan sejati negara hanya dijamin oleh kekuatan fisik yang kuat yang mampu mempertahankan kedaulatannya," kata KCNA. Ia juga "menetapkan tugas-tugas penting untuk semakin meningkatkan kemampuan serangan."
Dalam sepekan terakhir Korea Utara melakukan dua kali uji coba peluncuran rudal jarak pendek dan proyektil, yakni Sabtu (4/5/2019) dan Kamis (9/5/2019). Ini adalah uji coba pertama sejak Pyongyang menguji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) pada November 2017.
Pada uji coba Kamis, Korea Utara meluncurkan dua proyektil dari Kusong, sebelah Barat Laut Pyongyang. Satu proyektil memiliki daya jangkau 420 kilometer dan proyektil satunya 270 kilometer. Setelah ditembakkan, keduanya mencapai ketinggian 50 kilometer sebelum akhirnya jatuh ke laut.
Media pemerintah Korea Utara tidak memberikan informasi detail mengenai kedua proyektil tersebut.
Setelah itu, Kim menyatakan pembangunan kekuatan nuklirnya telah selesai dan ia pun lalu mengadakan tiga pertemuan puncak dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan dua kali dengan Trump.
Baik Trump maupun Moon mengatakan, uji coba rudal terbaru oleh Korea Utara tidak akan membantu dalam proses perdamaian di Semenanjung Korea. "Saya tahu mereka ingin bernegosiasi, mereka berbicara tentang negosiasi. Tapi saya pikir mereka tidak siap untuk bernegosiasi," kata Trump kepada wartawan.
"Yang diuji coba adalah rudal yang lebih kecil, rudal jarak pendek," kata Trump. "Tidak ada yang senang akan kejadian itu. Kita lihat apa yang akan terjadi.”
Sementara Moon menuturkan bahwa uji coba proyektil dan rudal tersebut kemungkinan merupakan reaksi Pyongyang terhadap pertemuan puncak Kim-Trump kedua di Hanoi yang gagal. Meski begitu, Moon berpikir Korea Utara tetap berharap untuk melanjutkan negosiasi.
Moon mendesak Korea Utara untuk menahan diri dari tindakan yang bisa menghambat diplomasi. Dalam wawancara dengan jaringan televis KBS, Moon juga menyampaikan akan terus menjajaki semua cara untuk menghidupkan kembali opsi pembicaraan termasuk dengan menyediakan bantuan makanan bagi Korea Utara dan mendorongnya untuk melakukan pembicaraan keempat.
Utusan Khusus AS untuk Korea Utara, Stephen Biegun yang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung-wha di Seoul, Jumat (10/5/2019), mengutarakan, “pintu masih terbuka bagi Korea Utara untuk kembali ke meja perundingan”. Untuk itu, ujar Kang, sangat penting bagi Korea Selatan dan AS untuk erus bekerja sama dan berkomunikasi.(REUTERS/AFP/AP)