MANILA, SELASA — Mayoritas kandidat senator yang mendukung kebijakan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dipastikan akan merebut kursi senat yang selama ini dianggap sebagai benteng independensi.
Oleh
·3 menit baca
MANILA, SELASA — Mayoritas kandidat senator yang mendukung kebijakan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dipastikan akan merebut kursi senat yang selama ini dianggap sebagai benteng independensi.
Perhitungan awal pemilu sela yang berlangsung Senin lalu menunjukkan, 9 dari 12 kursi senat yang diperebutkan akan dimenangi para kandidat pro-Duterte.
Salah satu kandidat adalah mantan kepala kepolisian nasional, Ronald dela Rosa, yang menjalankan kebijakan Duterte untuk menghabisi para pengedar narkoba. Diperkirakan lebih dari 5.000 orang tewas di Filipina karena dituduh atau dikaitkan dengan peredaran narkoba.
Pemilu sela yang juga dianggap sebagai referendum terhadap kepemimpinan Duterte menunjukkan bahwa dukungan terhadap dirinya tetap tinggi. Hal itu juga ditunjukkan dukungan terhadap ketiga anaknya yang bersaing untuk memperebutkan kursi wali kota dan parlemen.
Putri Duterte, Sara, yang diperkirakan mencalonkan diri untuk menjadi penerus ayahnya pada 2022 berhasil mempertahankan jabatannya sebagai wali kota di Davao city.
Saudara lelakinya, Sebastian, tidak memperoleh perlawanan berarti untuk menjadi wakil wali kota. Sementara anak tertua Duterte, Paolo, dipastikan akan menduduki kursi parlemen.
Salah satu kandidat yang juga mendapat dukungan penuh dari Duterte, putri diktator Ferdinand Marcos, Imee Marcos, juga dipastikan akan meraih kursi senat.
Langkah Duterte
Saat senat Filipina dikuasai para loyalis Duterte, kekuasaan Duterte akan sangat kuat karena majelis rendah saat ini pun dikuasai para pendukung Duterte.
Dengan demikian, sejumlah rencana kebijakan Duterte yang kontroversial dipastikan akan memperoleh dukungan solid dari parlemen.
”Pemilu ini ibaratnya memberikan ’cek kosong’ bagi Duterte untuk menjalankan gaya pemerintahannya dan untuk mengubah sistem politik nasional,” kata pengamat Richard Heydarian kepada AFP.
Di antara kebijakan kontroversial itu adalah menghidupkan kembali hukuman mati. Aturan ini sudah dihapus pada 1987, tetapi diterapkan kembali pada 2003 dan kemudian dihapus lagi pada 2006.
Duterte juga akan menurunkan batas minimal usia anak untuk bisa diadili dari 15 tahun menjadi 12 tahun. Selain itu, Duterte juga berjanji mengubah konstitusi untuk membangun republik federal yang mana wilayah-wilayah akan diberi kewenangan lebih besar untuk mengatasi kemiskinan.
Kubu oposisi menduga langkah Duterte untuk mengubah konstitusi agar menjadi republik federal merupakan ”akal- akalan” untuk memperpanjang kekuasaannya dan untuk memperlemah institusi-institusi demokratis.
Jubir Duterte, Salvador Panelo, menegaskan, independensi senat tak akan berubah. Namun, hasil pemilu menunjukkan dukungan rakyat terhadap kebijakan Duterte.
”Keajaiban Duterte tak diragukan lagi. Rakyat mendambakan stabilitas dan kelanjutan reformasi. Mereka menginginkan senat yang konstruktif, bukan senat yang menjadi penghalang,” kata Panelo.
Popularitas Duterte sampai saat ini masih berada di angka 80 persen. Sejumlah pengamat mengatakan, resep kemenangan Duterte dibantu kemampuan para pendukung fanatiknya untuk menjadikan Duterte sebagai ”merek” yang layak jual di media sosial.
Meski menderita kekalahan, kubu oposisi menyatakan tidak akan menyerah. ”Perjuangan kami untuk kedaulatan dan masa depan yang lebih progresif bagi rakyat akan tetap berlanjut,” kata petahana senator Francis Pangilinan. (AP/AFP/REUTERS/MYR)