beijing, jumat Iran meminta aksi nyata dan kuat dari masyarakat internasional serta negara-negara penandatangan kesepakatan yang masih tersisa untuk menjaga kesepakatan nuklir tahun 2015. Kesepakatan nuklir itu semakin terancam selepas Amerika Serikat mundur secara sepihak agar bisa menekan Iran lebih keras dengan sanksi-sanksi ekonomi.
”Sejauh ini komunitas internasional hanya berbicara daripada menyelamatkan perjanjian. Langkahnya sangat jelas: pulihkan hubungan ekonomi dengan Iran. Hal itu jelas disebut dalam kesepakatan,” kata Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, Jumat (17/5/2019), di Beijing, China, seperti dikutip kantor berita Iran, IRNA.
Dalam kesepakatan nuklir tahun 2015 dengan enam negara, Iran setuju menghentikan program persenjataan nuklirnya. Sebagai imbalan, sanksi ekonomi bagi Iran dicabut. Belakangan, AS mundur sepihak dari kesepakatan yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Setelah AS mundur, lima negara—selain Iran—masih terikat dengan kesepakatan itu, yakni China, Rusia, Jerman, Inggris, dan Perancis.
Setelah keluar, AS meningkatkan sanksi terhadap Iran. AS mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada siapa pun yang bekerja sama dengan Iran. Ancaman itu menakutkan banyak pihak yang kemudian menunda kerja sama dengan Iran. Akibatnya, imbalan yang ditunggu Iran dari JCPOA tidak kunjung terwujud. ”Jika komunitas internasional dan anggota JCPOA mau menjaga kesepakatan ini, mereka perlu meyakinkan bahwa warga Iran mendapatkan manfaat dari JCPOA,” kata Zarif.
Beberapa pekan terakhir, Iran juga mengancam akan keluar dari JCPOA dan mengaktifkan lagi program persenjataan nuklirnya. Bahkan, Presiden Iran Hassan Rouhani memberi tenggat 60 hari kepada para pihak di JCPOA untuk menunjukkan aksi nyata sesuai kesepakatan itu. Jika tidak, Iran akan memulai lagi proses pengayaan uranium agar bisa memproduksi persenjataan nuklir. ”Proses peningkatan kapasitas dan produksi pengayaan uranium dan air berat dimulai sejak presiden memerintahkannya,” kata jubir Badan Tenaga Nuklir Iran, Behrouz Kamalvandi.
Iran dinyatakan tidak akan lagi membatasi cadangan air berat dan uranium. Dalam JCPOA, Iran hanya boleh punya maksimal 130 ton air berat dan 202 kilogram uranium yang belum diperkaya. Kelebihan cadangan harus diekspor ke tempat yang disetujui dan diawasi perwakilan internasional.
JCPOA juga hanya mengizinkan Iran memperkaya Uranium maksimal 3,67 persen, jauh di bawah aras 90 persen yang dibutuhkan untuk senjata nuklir. ”Iran tidak merasa harus mengikuti batas itu lagi. Jika kami melewati batas ini, hal itu bukan lagi menjadi masalah kami. Sudah menjadi masalah pihak lain (di JCPOA),” kata Kamalvandi.
Di Washington DC, Presiden AS Donald Trump dinyatakan tidak mau berperang dengan Iran. ”(Sikap) Presiden sudah jelas, AS tidak mau konflik militer dengan Iran dan siap berdialog dengan pemimpin Iran. Tetapi, Iran selalu memilih kekerasan selama 40 tahun ini, dan kami akan melindungi pasukan dan kepentingan AS di kawasan,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Garrett Marquis.
Trump juga mengatakan, ia tidak mau berperang dengan Iran. ”Saya yakin Iran akan mau segera berunding,” tulisnya di media sosial Twitter. (AP/REUTERS/RAZ)