China Tetap Menolak Memperingati Insiden di Tiananmen
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
BEIJING, SELASA — Selasa (4/6/2019) ini, tepat 30 tahun lalu, terjadi pembantaian massal di Lapangan Tiananmen, Beijing. Hingga kini, China tetap menolak memperingati insiden berdarah ini.
Tragedi di Lapangan Tiananmen pada 4 Juni 1989 merupakan insiden pembantaian massal yang dilakukan militer China kepada para demonstran yang terdiri dari pelajar, pekerja, dan masyarakat sipil. Pada waktu itu, demonstran dengan melakukan mogok makan menuntut agar Pemerintah China mereformasi pemerintahan menjadi lebih demokratis.
Pembantaian tersebut diperkirakan menewaskan ratusan hingga ribuan demonstran yang tidak bersenjata. Tidak hanya itu, sekitar 10.000 orang ditangkap dan dipenjara lebih dari 10 tahun.
Tragedi di Lapangan Tiananmen pada 4 Juni 1989 merupakan insiden pembantaian massal yang dilakukan militer China kepada para demonstran.
Dalam Dialog Shangri-La di Singapura, Minggu (2/5/2019), Menteri Pertahanan China Wei Fenghe mengatakan, China memberlakukan kebijakan yang tepat dalam menangani demonstrasi pada 1989 tersebut melalui pembubaran massa dan penghentian kerusuhan. Kebijakan yang diambil itu dinilai berkontribusi pada kestabilan dan pembangunan China saat ini.
”Bagaimana bisa China dikatakan tidak menangani insiden Tiananmen dengan tepat? Ada kesimpulan dari insiden itu, yaitu demonstrasi tersebut merupakan turbulensi politik dan pemerintah pusat mengambil langkah untuk menghentikannya yang kemudian itu menjadi langkah yang tepat,” kata Wei.
Pemerintah China menganut sistem republik sosialis dan Partai Komunis China menjadi partai yang berkuasa di pemerintahan. Otoritas China sering menggunakan istilah ”perilaku yang tidak benar” untuk mendeskripsikan fenomena turbulensi politik.
Kelompok Pembela Hak Asasi Manusia China menyatakan, mereka menerima laporan setidaknya 13 orang telah ditahan karena memiliki keterkaitan dengan peringatan tragedi di Tiananmen pada 2019. Beberapa di antaranya adalah sejumlah penyanyi yang terlibat dalam sebuah tur nasional dan seorang sutradara.
Salah satu penyanyi yang hilang selama tiga bulan terakhir adalah musisi Li Zhi. Lagu-lagunya kerap berisi kritik sosial dan juga membahas insiden yang terjadi di Tiananmen. Jadwal tur Li dibatalkan, musiknya dihilangkan dari situs streaming, dan akun media sosialnya dihapus.
Seorang sutradara dikabarkan ditahan karena mengunggah sebuah botol minuman alkohol dalam rangka memperingati peristiwa 4 Juni 1989 tersebut. Label botol tersebut memajang kata bertuliskan ”baijiu” yang jika dipelesetkan menjadi ”bajiu” yang berarti 89 (kependekan dari 1989).
Seorang sutradara dikabarkan ditahan karena mengunggah sebuah botol minuman alkohol dalam rangka memperingati peristiwa 4 Juni 1989.
Tidak hanya menolak mengakui tragedi di Tiananmen, Pemerintah China terus berupaya untuk menghapusnya dari catatan sejarah dan media massa selama bertahun-tahun. Sejumlah perusahaan teknologi digital di China baru-baru ini dikabarkan menggunakan robot sensor, kecerdasan buatan, serta alat pendeteksi gambar dan suara untuk menghapus konten yang berkaitan dengan peristiwa itu di jagat maya.
Profesor Ilmu Politik Hong Kong Baptist University Jean-Pierre Cabestan mengatakan, China semakin giat untuk menghapus informasi terkait insiden Tiananmen menjelang peringatan besar yang terjadi setiap lima tahun. Untuk tahun ini, China semakin gelisah karena perang dagang antara Amerika Serikat-China menambah ketidakstabilan dalam politik.
”Mereka (China) pastinya gelisah. Namun, di bawah pemerintahan Presiden China Xi Jinping, seluruh upaya akan dikerahkan (untuk mengatasi masalah),” tutur Cabestan.
Perusahaan terpengaruh
Sejumlah perusahaan dikabarkan mengalami pembatasan akses dan menghapus konten yang membahas tragedi yang terjadi di Tiananmen. Wikipedia mengumumkan layanan ensiklopedia daring yang disediakannya tidak lagi dapat diakses di China.
Sejumlah perusahaan mengalami pembatasan akses dan menghapus konten yang membahas tragedi yang terjadi di Tiananmen.
Apple Music menghapus sebuah lagu dari penyanyi Hong Kong, Jackie Cheung, dan sebuah lagu berjudul ”Remembering is a Crime” dari duo penyanyi Hong Kong, Tat Ming Pair yang menyebutkan kerusuhan di Tiananmen. Perusahaan streaming video China, Bilibili, mengumumkan fitur komentarnya ditutup karena ”perbaikan sistem” hingga 6 Juni 2019.
Pemerintah China terlihat berupaya untuk melenyapkan seluruh risiko yang dapat membuat masyarakat membicarakan tragedi di Tiananmen. Namun, upaya tersebut tidak berlaku di ranah global.
Media sosial Twitter dikecam oleh warganet karena menghapus berita mengenai peringatan tragedi di Lapangan Tiananmen. Mereka menggunakan tagar #TwitterMassacre atau #PembantaianTwitter untuk memprotes kebijakan Twitter berpihak kepada Beijing. (AP/REUTERS/BBC/CNN)