Musisi asal China bernama Li Zhi telah hilang selama tiga bulan terakhir. Sejumlah pihak menduga, Li menghilang karena karya musiknya sering membahas tragedi yang terjadi di Lapangan Tiananmen, Beijing, pada 4 Juni 1989.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
BEIJING, SELASA — Musisi asal China bernama Li Zhi telah hilang selama tiga bulan terakhir. Sejumlah pihak menduga, Li menghilang karena karya musiknya sering membahas tragedi yang terjadi di Lapangan Tiananmen, Beijing, pada 4 Juni 1989.
Li Zhi (40) merupakan penyanyi genre musik folk rock. Lima lagu Li menggunakan tragedi di Lapangan Tiananmen sebagai referensi, seperti Lapangan, Musim Semi 1990, dan Sang Dewi.
”Secara umum, semua sepakat (di antara pekerja industri musik bahwa Li menghilang dari publik karena menjelang peringatan insiden di Lapangan Tiananmen),” kata seorang profesional di bidang musik yang menolak menyebutkan nama karena takut dihukum pemerintah, dikutip dari Associated Press, Selasa (4/6/2019).
Tragedi Tiananmen merujuk pada pembantaian massal oleh militer China terhadap para demonstran, terdiri dari pelajar, pekerja, dan masyarakat sipil, pada 4 Juni 1989. Waktu itu, para demonstran meminta Pemerintah China mereformasi pemerintahan menjadi demokratis.
Tragedi Tiananmen merujuk pada pembantaian massal oleh militer China terhadap para demonstran, terdiri dari pelajar, pekerja, dan masyarakat sipil, pada 4 Juni 1989.
Pembantaian di Lapangan Tiananmen diperkirakan menewaskan ratusan hingga ribuan demonstran yang tidak bersenjata. Sekitar 10.000 orang ditangkap dan dipenjara lebih dari 10 tahun. Selasa (4/6/2019) ini adalah peringatan tepat 30 tahun terjadinya tragedi di Lapangan Tiananmen.
Pemerintah China yang dipimpin Partai Komunis menolak segala bentuk peringatan mengenai peristiwa itu, dengan alasan demonstrasi merupakan satu bentuk dari turbulensi politik. Seluruh informasi mengenai tragedi di Lapangan Tiananmen dihapus, bahkan di dunia maya.
Hingga kini, keberadaan Li tidak dapat diketahui. Perusahaan label rekaman tempat Li bernaung tidak merespons pertanyaan mengenai Li.
Pada 20 Februari 2019, sebuah foto berisi Li dan anggota tim musiknya diunggah pada akun media sosial Li di Weibo. Mereka menyatakan akan tampil di Provinsi Sichuan. Namun, dua hari kemudian akun tersebut kembali mengunggah foto sebuah tangan menggunakan gelang rumah sakit dengan tulisan frasa ”mohon maaf”.
Departemen Budaya Sichuan merilis pernyataan pada April 2019. Pernyataan itu berbunyi secara mendesak menunda rencana perhelatan 23 konser seorang penyanyi terkenal karena tindakan yang tidak pantas. Sebanyak 18.000 tiket yang telah dibeli akan dikembalikan.
Pada saat bersamaan, keberadaan Li di dunia maya ikut lenyap. Pemerintah pusat memerintahkan seluruh situs yang ada di China untuk menghapus konten video dan audio yang berhubungan dengan Lapangan Tiananmen.
”Semua orang tahu alasan Li Zhi menghilang. Namun, maaf, saya tidak bisa memberi tahu karena saya mengikuti hukum China. Saya harap Li bisa kembali,” kata seorang penggemar Li yang juga menolak menyebutkan nama sebab dirinya takut dihukum atasannya.
Laporan orang hilang
Kelompok Pembela Hak Asasi Manusia China menyatakan, mereka menerima laporan setidaknya 13 orang telah ditahan karena memiliki keterkaitan dengan peringatan tragedi di Tiananmen pada 2019. Beberapa di antaranya adalah sejumlah penyanyi yang terlibat dalam sebuah tur nasional dan seorang sutradara.
Seorang sutradara dikabarkan ditahan karena mengunggah sebuah botol minuman alkohol dalam rangka memperingati peristiwa 4 Juni 1989 tersebut. Botol minuman itu memiliki label bertuliskan ”baijiu” yang jika dipelesetkan menjadi ”bajiu” yang berarti 89 (kependekan dari 1989).
Mantan demonstran Rowena Xiaoqing mengatakan, orang yang berkuasa dengan mudah memanipulasi sejarah dan mengubah ingatan warga. Namun, memanipulasi dan mengubah sejarah akan selalu diikuti oleh distorsi di bidang sosial, politik, dan psikologi.
”Sangat mustahil untuk mengerti China hari ini tanpa mengerti apa yang terjadi pada musim semi 1989. Di saat pemerintah memerintahkan militer untuk menembak warganya sendiri, pemerintah itu telah kehilangan legitimasi,” kata Xiaoqing, yang kini adalah anggota Institute for Advanced Study di Princeton University.
Di bidang politik, China sangat ketat terhadap kebebasan berpendapat. China juga melarang kritik untuk dilontarkan melalui media sosial. Tindakan pembangkangan sekecil apa pun dapat memicu respons dari pihak yang berwenang.
Menteri Pertahanan China Wei Fenghe mengatakan, China memberlakukan kebijakan yang tepat dalam menangani demonstrasi pada 1989 tersebut melalui pembubaran massa dan penghentian kerusuhan. Kebijakan yang diambil itu dinilai berkontribusi pada kestabilan dan pembangunan China saat ini. (AP)