Perluas Penggunaan Teknologi Digital untuk Mengatasi Persoalan Dunia
Oleh
·2 menit baca
NEW YORK, SELASA — Sebuah panel independen Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam laporannya, Senin (10/6/2019), menyerukan kerja sama yang lebih luas untuk menghadirkan teknologi digital kepada separuh populasi dunia. Hal ini, menurut pemimpin eksekutif Google, akan mungkin terjadi hanya dengan telepon genggam seharga 20 dollar AS dengan akses internet.
Panel tersebut juga merekomendasikan, setiap orang dewasa di dunia memiliki akses pada jaringan digital, keuangan digital, dan layanan kesehatan yang terjangkau pada tahun 2030. Namun, panel itu juga memperingatkan munculnya ”pelanggaran dan konsekuensi yang tidak diinginkan”, seperti, penyebaran materi berbahaya di media sosial dan tantangan terhadap privasi.
Seusai jumpa pers peluncuran laporan hasil panel independen PBB itu, Wakil Presiden Google Vinton Cerf mengatakan, ”diperlukan banyak uang” untuk mengakhiri kesenjangan digital di dunia. Tanpa menurunkan biaya telepon dan komunikasi ”kita tidak akan berhasil menjangkau 4,5 miliar atau 3,5 miliar orang secara daring”.
Cerf mengatakan, tempat paling signifikan yang tidak memiliki akses pada teknologi digital adalah daerah perdesaan. Tidak hanya di negara-negara di Afrika, tetapi juga di Amerika Serikat, tempat, mungkin, 10-15 persen populasi tidak memiliki akses internet yang baik.
Meski demikian, Cerf tetap optimistis. Menurut dia, telepon genggam baru yang lebih murah—meskipun memiliki fitur terbatas—cukup berguna karena memiliki akses yang memadai pada internet dan sejumlah aplikasi.
Panel
Cerf adalah salah seorang dari 20 anggota panel yang dibentuk Sekjen PBB Antonio Guterres pada Juli 2018 untuk mendorong dialog global bagaimana dunia bisa bekerja lebih baik dengan memanfaatkan potensi teknologi digital demi memajukan kesejahteraan masyarakat sambil mencegah risiko yang mungkin muncul.
Panel tersebut dipimpin Melinda Gates, Co-Chair Bill and Melinda Gates Foundation, dan Jack Ma, CEO Grup Alibaba.
”Kita hidup pada awal era digital baru,” kata Ma. ”Kerja sama global semua pihak—sektor swasta, pemerintah, masyarakat, akademisi, dan kelompok masyarakat—diperlukan untuk mencapai lebih banyak kesejahteraan, lebih banyak peluang, dan lebih banyak kepercayaan bagi orang-orang di seluruh dunia.”
Menteri Digitalisasi Norwegia Nikolai Astrup, juga anggota panel, mengatakan, ia berkeyakinan teknologi baru bisa membantu negara berkembang mewujudkan ”lompatan kuantum” untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, termasuk mengakhiri kemiskinan ekstrem dengan tetap menjaga lingkungan.
”Teknologi digital bukan lagi barang mewah. Teknologi digital penting untuk pembangunan,” katanya.
Berapa pun biaya yang harus dikeluarkan, ujar Astrup, tidak sebanding dengan manfaat yang dirasakan. Contohnya penggunaan mahadata untuk memprediksi dan mencegah kelaparan. (AP/ADH)