Strategi "Sputnik" Menghadapi Turbulensi Era Digital
Oleh
J Galuh Bimantara
·4 menit baca
Era digital menjadi arena pertarungan sengit bagi industri-industri media, tidak terkecuali bagi kantor berita milik Pemerintah Rusia, Sputnik. Menghadapi turbulensi era digital, Sputnik mencoba mengonversinya menjadi kekuatan untuk memanggungkan berita versi Rusia—yang mereka sebut—sebagai alternatif terhadap berita media arus utama dunia Barat.
Siaran langsung terhadap berbagai peristiwa dunia melalui saluran media sosial merupakan salah satu andalan Sputnik. Kerusuhan kelompok Rompi Kuning saat unjuk rasa di Paris, Perancis, 24 November 2018, misalnya, terekam dalam video siaran langsung media itu. Video tersebut masih tersimpan di akun Facebook Sputnik France, Sputnik cabang Perancis.
Dalam video itu terlihat, dua mobil penghalau massa bergerak maju ke arah kumpulan pendemo yang mengenakan rompi kuning sebagai identitas. Sebagian pendemo berbekal beragam benda keras, melempari mobil dan petugas yang tengah berjalan ke arah mereka. Tidak lama kemudian, peluru berisi gas air mata meluncur ke arah demonstran, dan asap putih yang memedihkan mata menguar. Suara batuk dari para demonstran begitu dekat terdengar. Peserta aksi yang mengusap-usap mata pun terlihat jelas.
Video itu saat ini telah ditonton lebih dari 1,5 juta pengguna Facebook. “Salah satu hal besar yang kami banggakan adalah kegiatan siaran langsung, khususnya dari medan protes di Paris ini,” ucap Mikhail Konrad, Kepala Proyek Media Daring dan Media Baru Rossiya Segodnya, di Moskwa, Rusia, Selasa (21/5/2019).
Rossiya Segodnya (Rusia Hari Ini) merupakan grup media milik Pemerintah Rusia yang membawahi Sputnik. Pada 10 November 2014, Sputnik didirikan untuk menyajikan berita politik dan ekonomi internasional bagi pemirsa global. Berita-berita Sputnik disiarkan dalam 30 bahasa, termasuk Inggris, Prancis, Spanyol, Jerman, dan China. Sputnik punya kantor cabang di sejumlah negara, seperti Paris (Perancis), Berlin (Jerman), Beijing (China), dan Washington DC (AS).
Konrad menceritakan, koresponden Sputnik di Perancis menggunakan kamera ponsel pintar untuk terhubung ke Facebook. Koresponden itu, seorang perempuan, mesti mengenakan helm, alat pelindung mata (goggle), dan masker gas. Perlengkapan itu digunakan lantaran sang koresponden merekam video di tengah asap gas air mata.
Sang koresponden tidak kamera video dan kamera foto profesional, ujar Konrad, meski perlengkapan itu bakal menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik. "Pertama, alat-alat mahal itu bisa rusak di tengah kerusuhan, dan kedua, ini yang paling penting, jurnalis sebisa mungkin tidak dikenali karena berpotensi jadi sasaran kemarahan,” kata Konrad.
Adaptasi teknologi
Konrad mengatakan, mengoptimalkan fasilitas siaran langsung di media sosial merupakan strategi Sputnik untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi saat ini. Sputnik terus berupaya memanfaatkan segala jenis media, layar, dan platform yang tersedia guna meningkatkan tingkat paparan berita mereka pada pemirsa global. Saat ini Sputnik bereksperimen menghasilkan video 360 derajat dan video realitas maya.
Kemajuan teknologi dan media sosial di satu sisi menimbulkan ancaman bagi industri media, tetapi di sisi lain—berkat makin canggih teknologi dari waktu ke waktu—produksi berita juga menjadi lebih efisien. Video amatir jurnalis Sputnik saat kerusuhan di Paris yang disiarkan langsung via Facebook, kata Konrad, mampu mengungguli produk media televisi yang dilengkapi peralatan lebih lengkap dan lebih mahal.
Kemajuan teknologi dan media sosial di satu sisi menimbulkan ancaman bagi industri media, tetapi di sisi lain—berkat makin canggih teknologi dari waktu ke waktu—produksi berita menjadi lebih efisien.
Stasiun televisi Perancis, TF1, menggunakan video kerusuhan demo Rompi Kuning tadi untuk ditayangkan di televisinya. TF1 tidak lupa mencantumkan nama Sputnik sebagai sumber video. Ini membuat Konrad semakin bangga.
Penggunaan video kerusuhan itu oleh TF1 menjadi lebih bermakna bagi Sputnik di tengah perselisihan Sputnik dengan Pemerintah Perancis. ”Presiden Perancis (Emmanuel Macron) berulang kali mengklaim, Sputnik organisasi penyebar berita bohong,” kata Konrad.
Sudut pandang alternatif
Kepala Desk Berita Internasional Sputnik Victoria Polikarpova menjamin, produk berita dari Sputnik sudah melalui proses yang sesuai kaidah jurnalistik. Editor selalu menekankan kepada reporter mereka untuk merekam suara atau video narasumber yang diwawancarai sebagai antisipasi jika ada masalah di kemudian hari.
”Kami tidak pernah melanggar kaidah,” kata Polikarpova. Ia mencontohkan, saat Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un datang ke Vladivostok, Rusia, untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin, April lalu, media-media berlomba menjadi yang pertama mengabarkan laporan tersebut.
Salah satu media Rusia memublikasikan berita bahwa Kim sudah tiba saat reporter melihat satu kereta sampai. Padahal, kereta pertama itu hanya membawa barang pribadi Kim. Kim berada di kereta yang tiba tiga menit kemudian. Berita Sputnik terlambat tiga menit dibanding salah satu media Rusia tadi, tetapi Polikarpova menjamin berita medianya yang sesuai dengan fakta waktu kedatangan Kim.
Mengenai sudut pandang berbeda dengan media arus utama dari Barat, Polikarpova mengatakan, hakikat Sputnik adalah pemberi informasi alternatif. ”Sudut pandang itu yang tidak disediakan oleh media massa lain,” katanya.