Risiko Meningkat, The Fed Buka Ruang Penurunan Suku Bunga
Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), membuka ruang penurunan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2008. Penurunan suku bunga itu mempertimbangkan risiko ketidakpastian ekonomi dan inflasi yang terjebak di bawah target.
Oleh
Karina Isna Irawan
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), membuka ruang penurunan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2008. Penurunan suku bunga itu mempertimbangkan risiko ketidakpastian ekonomi dan inflasi yang terjebak di bawah target.
Dalam situs resminya, The Fed menyampaikan, hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang berlangsung 18-19 Juni 2019 waktu setempat mempertahankan tingkat suku bunga pada kisaran 2,25 persen hingga 2,5 persen.
Meski demikian, Gubernur The Fed Jerome Powell mengisyaratkan bahwa pihaknya dapat segera menurunkan tingkat suku bunga seiring risiko ketidakpastian ekonomi yang meningkat dan inflasi yang masih di bawah target 2 persen.
”Rekan-rekan FOMC dan saya memiliki satu tujuan yang sama untuk mempertahankan ekspansi ekonomi,” ujar Powell dalam konferensi pers, Kamis (20/6/2019) waktu setempat.
Powell menyoroti progres negosiasi perang dagang AS-China yang semakin meningkatkan risiko ketidakpastian ekonomi. Oleh karena itu, kata Powell, The Fed harus menyiapkan kebijakan yang lebih akomodatif sebagai langkah antisipasi masa depan.
Peningkatan ketidakpastian ekonomi akan semakin menekan inflasi AS di bawah 2 persen. The Fed masih terus memantau berbagai informasi terkait prospek ekonomi AS untuk mempertahankan ekspansi ekonomi, termasuk memutuskan penurunan suku bunga.
Keputusan FOMC direspons kenaikan pasar saham AS dan menghapus kerugian surat utang. Imbal hasil surat utang AS US Treasury untuk tenor 10 tahun turun menjadi 2,03 persen. Di sisi lain, investor melihat ada pelonggaran suku bunga sekitar 74 basis poin pada akhir tahun.
Pemungutan suara FOMC tidak dengan suara bulat. Misalnya, St Louis James Bullard, Presiden Fed, mengajukan penurunan suku bunga seperempat poin. Keputusan Bullard merupakan perbedaan pendapat pertama di masa jabatan Powell selama 16 bulan sebagai ketua.
Suara para pejabat The Fed juga sangat terbagi. Sebanyak 8 dari 17 pejabat mengajukan penurunan suku bunga pada akhir tahun. Proyeksi triwulanan juga mesti diperbarui karena tidak ada kenaikan suku bunga.
Dalam rapat FOMC, pemangku kebijakan menurunkan penilaian aktivitas ekonomi mereka dari ”solid” menjadi ”moderat”. Mereka menilai pertumbuhan konsumsi rumah tangga AS meningkat sejak awal tahun, indikator investasi bisnis tetap lunak dan tenaga kerja tetap kuat.
Bayang-bayang Trump
Keputusan The Fed membuka ruang penurunan suku bunga sejalan dengan desakan Presiden AS Donald Trump, yang tidak berbuat lebih untuk meningkatkan perekonomian AS. Serangan Trump menimbulkan bayang-bayang politik atas apa pun kebijakan yang diputuskan The Fed.
Powell menolak berkomentar langsung atas kritik dan desakan Trump terhadap The Fed selama ini. Meski demikian, Powell mengatakan, The Fed tetap berkomitmen menjaga perekonomian AS dengan baik dan independensinya tidak akan dipengaruhi isu-isu politik.
Mengutip Bloomberg News, Selasa (18/6/2019), Trump meminta pengacara Gedung Putih awal tahun ini untuk menurunkan dan menghambat Powell dari jabatan kedua. Powel menjawab, ”Aturan hukum sudah jelas bahwa saya akan menjabat selama 4 tahun dan sepenuhnya bertanggung jawab untuk itu.”
Suku bunga BI
Chief Economist ASEAN+3 Macroeconomic Research Office Khor Hoe Ee di Jakarta, Selasa, mengatakan, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia belum mendesak kendati The Fed membuka ruang penurunan suku bunga yang akan diikuti beberapa bank sentral lain.
”Perekonomian Indonesia masih tumbuh di atas 5,1 persen sehingga tidak ada alasan kuat bagi Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga. Terlebih, inflasi ada di batas bawah target,” ujar Hoe.
Hoe mengatakan, selain faktor eksternal, pemangkasan suku bunga acuan harus mempertimbangkan kinerja neraca pembayaran Indonesia. Defisit transaksi berjalan akibat impor bahan baku dan barang modal mesti dikompensasi surplus investasi portofolio atau penanaman modal asing.
Peningkatan tensi perang dagang AS-China menyebabkan pelambatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang berada dalam rantai pasok global, terutama bidang teknologi. Oleh karena itu, beberapa bank sentral memangkas suku bunga acuan untuk menstimulus perekonomian.
”Beberapa bank sentral di kawasan, seperti Malaysia, Filipina, India, dan Australia, juga mulai memangkas suku bunga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi negaranya,” kata Hoe. (BLOOMBERG/AFP)