Sabuk dan Jalan Diproyeksikan Jadi Jalan Kesejahteraan
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah China bertekad menjalankan megaproyek Prakarsa Sabuk dan Jalan atau Belt and Road Initiative (BRI) sampai tuntas di seluruh negara yang menerima proyek itu. Bagi Beijing, BRI adalah sebuah upaya bersama untuk mewujudkan kesejahteraan tidak hanya di level internasional--dalam arti negara--tetapi juga masyarakat secara umum.
Hal itu dinyatakan Ji Bingxuan, Wakil Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC), dalam Peluncuran Prakarsa Pembangunan Komunitas Jalan Sutera (Silk Road Community Building Iniative) di Indonesia yang digelar di Jakarta, Jumat (21/6/2019). Acara itu digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan Kedutaan Besar China untuk Indonesia. Hadir pula sebagai pembicara, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Nono Sampono.
Menurut Ji, selama enam tahun BRI dilaksanakan, megaproyek itu relatif berjalan lancar dan hasilnya bernas. Program yang digagas China di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping itu diklaim membuka ruangan baru bagi pertumbuhan ekonomi, dengan skema pendanaan yang berarti secara global dan berkontribusi bagi masyarakat di dunia internasional. “Terbukti bahwa jalan sutera baru itu sudah menjadi jalan kesejahteraan umum,” kata Ji.
Ji mengutip kembali pernyataan Presiden Xi dalam forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRI di Beijing, beberapa waktu lalu. Secara khusus Pemerintah China mengucapkan terima kasih atas kehadiran Presiden dan Wakil Presiden RI dalam dua forum itu secara bergantian.
Di forum KTT BRI kedua, Presiden Xi menegaskan bahwa BRI menjadi pelaksanaan tekad China dalam upaya penghapusan kemiskinan, penambahan lapangan kerja, penguatan ekonomi rakyat. Hasil megaproyek itu pun diupayakan dapat dinikmati seluruh rakyat dan harus dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat setempat.
Secara khusus Ji menyatakan, posisi Indonesia sangat penting dalam hubungan luar negeri China. Terkait dengan BRI secara khusus, misalnya, hal itu tergambar bahwa Indonesia adalah tempat peluncuran BRI oleh Xi Jinping pada tahun 2013 lalu.
Hubungan itu semakin erat dengan dijalinnya status kemitraan strategis di antara kedua negara. Jembatan Surabaya-Madura di Jawa Timur dan Bendungan Jatigede di Jawa Barat yang dibangun dalam kerangka kerja sama kedua negara menjadi simbol persahabatan China-Indonesia.
“Pertukaran orang per orang menjadi pondasi kokoh bilateral kedua negara di masa selanjutnya. Saya yakin proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akan menjadi simbol persahabatan rakyat kedua negara berikutnya,” kata Ji.
Nono Sampono sepakat bahwa peningkatan hubungan bilateral Indonesia-China tidak semata dilakukan melalui hubungan antarpemerintah, tetapi juga orang per orang. China dinilainya menjadi negara yang dapat dijadikan mitra dalam rangka sebagai upaya dan cara pendekatan baru dan pelaksanaan strategi pembangunan guna memberangus kemiskinan. Hal ini, antara lain, mengacu pada perekonomian China yang lebih baik di kawasan Asia. Meskipun demikian, diingatkan pula bahwa kedua negara tetap selalu menghormati.
Kerja sama di masyarakat
Prakarsa Pembangunan Komunitas Jalan Sutera menekankan kerja sama atau pun kemitraan orang per orang. Melalui prakarsa yang sejalan dengan BRI, Pemerintah China membangun sedikitnya 500 kemitraan lembaga swadaya masyarakat (LSM) China dengan LSM internasional plus melaksanakan 200 proyek kerja yang terkait mata pencaharian masyarakat secara umum di negara-negara di sepanjang jalur BRI.
Dalam acara peluncuran Prakarsa Pembangunan Komunitas Jalan Sutera itu juga digelar dialog para pelaku LSM kedua negara. Dialog itu bertujuan secara konstruktif menjajaki peluang kerja sama demi tercapai kerja sama orang per orang antara Indonesia-China.
Pendiri FPCI, Dinno Patti Djalal, menyatakan China adalah salah satu dari tiga negara yang paling membawa dampak bagi negara lain saat ini secara internasional. Disebutkan bahwa ada aneka asumsi 10 tahun lalu yang kini sudah tidak berlaku lagi, namun tetap saja berlaku bagi China, sekaligus menjadi sebuah kepastian.
Ia meyakini kekuatan China akan terus bertambah dan berkembang dalam dasawarsa-dasawarsa mendatang. Bagi Indonesia, kata Dinno, siapa saja yang merajai teknologi patut disambut baik.