TEHERAN, KAMIS — Iran kembali menegaskan bahwa pencabutan sanksi adalah syarat utama perundingan ulang dengan Amerika Serikat. Pencabutan sanksi, yang dijatuhkan kembali oleh Presiden AS Donald Trump, juga menjadi syarat Iran mematuhi kesepakatan nuklir.
”Perundingan dengan AS bisa dipertimbangkan Iran jika Trump mencabut sanksi dan pemimpin tertinggi kami memberi izin untuk berunding (dalam kondisi seperti itu). AS takut kekuatan militer Iran, itu alasan mereka membatalkan rencana menyerang Iran,” ujar Menteri Intelijen Iran Mahmoud Alavi, Rabu (3/7/2019) dini hari, di Teheran, Iran.
Alavi mengulangi sikap Iran selama ini soal perundingan ulang yang dituntut Presiden AS Donald Trump. Sejak Mei 2018, AS keluar dari kesepakatan nuklir yang ditandatangani AS bersama Iran, Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, dan China (JCPOA) pada 2015.
AS kembali menerapkan serangkaian sanksi bagi Iran dengan alasan untuk memaksa Teheran berunding ulang. Sanksi AS membuat Iran kesulitan menjual minyak yang merupakan sumber utama pendapatan Teheran.
”Dengan keluar dari kesepakatan nuklir, Trump telah merusak jalur diplomasi. Cara terbaik untuk melawan semua ancaman ini adalah melawan. Iran teguh untuk menjalankan rencana menarik semua komitmen dalam kesepakatan (JCPOA),” kata Keyvan Khosravi, juru bicara Dewan Tertinggi Keamanan Nasional Iran.
Desakan lain
Keputusan AS membuat kelanjutan JCPOA menjadi tidak menentu. Pada Mei 2019, Presiden Iran Hassan Rouhani mengumumkan Teheran akan berhenti menjalankan kesepakatan dalam JCPOA mulai 7 Juli 2019. Keputusan itu akan dibatalkan hanya jika pihak lain dalam JCPOA menyelamatkan kesepakatan itu dengan cara mencabut sanksi bagi Iran.
Teheran mendesak para penanda tangan JCPOA menyelamatkan kesepakatan itu. Sampai sekarang, Eropa masih mencari cara untuk bertransaksi dengan Iran tanpa harus melanggar sanksi dari AS. ”Kami akan tetap berkomitmen (pada JCPOA) selama pihak lain berkomitmen juga. Kami akan melaksanakan JCPOA 100 persen pada hari pihak lain melaksanakan 100 persen (pula),” kata Rouhani.
Jika para penanda tangan JCPOA tidak mau berdagang dengan Iran gara-gara sanksi AS, Teheran akan mengaktifkan lagi reaktor air berat Arakan setelah 7 Juli 2019. Sebelumnya, sebagai pelaksanaan kesepakatan dalam JCPOA, Iran mengatakan bahwa pada Januari 2016 inti reaktor air berat Arakan telah dicabut dan ditutup dengan semen.
Namun, kata Rouhani, ”Mulai 7 Juli dan seterusnya, jika Anda tidak bertindak sesuai program dan kerangka waktu yang Anda sampaikan kepada kami, kami akan mengembalikan reaktor Arakan ke kondisi awal. Artinya, (kembali) ke kondisi yang Anda sebut berbahaya dan bisa memproduksi plutonium (bahan bom nuklir).” (AFP/REUTERS)